Rabu, 18 Januari 2012

PEMBENTUKAN KARAKTER DENGAN MENGOPTIMALKAN BAKAT DAN POTENSI SISWA



Landasan Pembelajaran Bahasa
Dosen pembimbing:
Dr. Suhartono dan Dr. Syamsul Sodiq




Oleh:
Agus Paramuriyanto
Nim: 117835008


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA UNESA
2011


Pembentukan Karakter dengan
Mengoptimalkan Bakat dan Potensi Siswa

Pengantar

Indonesia, itu nama negara kita. Sebagaimana sudah kita ketahui negara ini sangat membutuhkan sumberdaya manusia bermutu yang mampu menjadi pendukung utama dalam proses pembangunan. Untuk membentuk sumberdaya manusia yang bermutu tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Dalam hal membangun, itu berarti kita membangun secara total, tak Cuma negara kita saja yang kita bangun seperti sarana dan prasarana publik, infrastruktur, dan lain-lain. Namun kita juga berpikir bagaimana membangun negeri ini jiwa dan raganya. Di bidang raga sudah dicontohkan di atas, dan dalam bidang jiwa kita pasti akan berpikir itu adalah bagaimana membangun karakter bangsa. Katrakter bangsa merupakan sebuah gambaran dari perwujudan sikap, pandangan, pemikiran, dan kemampuan-kemampuan lain yang semacam  dan berhubungan dengan karakter diri. Sedangkan karakter bangsa dapat terwakili oleh karakter-karakter kecil atau perorangan.
Membangun sebuah karakter pasti akan terbangun dan tercipta pada usia dini atau di lingkungan pendidikan. Dan karakter ini memerlukan pendidikan yang terdekte dan butuh penerapan dan pengawasan yang baik. Agar tercipta karakter yang bagus. Karakter yang bagus itu misalnya karakter yang baik, sesuai dengan karakter bangsa seperti berkarakter seperti pancasila.
Dalam mendidik karakter di usia anak-anak, bukanlah hal yang mudah. Anak-anak merupakan sebuah lembaran kertas kosong, jika kita salah sedikit saja dalam mendidik anak, akibatnya bisa fatal, bahkan bisa membuat anak-anak tersebut berkarakter tidak baik. 
Mendidik karakter anak bisa dilakukan dengan banyak hal, misal dengan memasukkan pendidikan-pendidikan karakter di saat mereka bermain di linhkungan bermain mereka, bisa juga di terapkan pada waktu mereka sekolah. Sekolah memiliki sistem yang bagus untuk mendidik dan mencipta karakter anak yang sesuai dengan karakter bangsa. Mendidikan karakter anak juga bisa menggunakan bakat dan potensi anak. Tapi bagaimana melakukan hal itu. Pembahasan kali ini akan membahas bagaimana mendidik dan menciptak karakter anak dengan mengoptimalkan bakat dan potensi anak.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan  berdasarkan  norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

A.    Pendidikan karakter
Menurut ratna megawangi (2004:95) “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan  bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Pendidikan karakter yang merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan sempurna. 
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik  mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Melalui program ini diharapkan siswa memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi, kita ambil contoh kurikulum di tingkat SMP, yang antara lain meliputi;
  1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
  2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
  3. Menunjukkan sikap percaya diri;
  4. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
  5. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
  6. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
  7. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
  8. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
  9. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
  10. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
  11. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
  12. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
  13. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
  14. Memiliki jiwa kewirausahaan.
Dari semua kurikulum di atas sudah dapat dipastikan bahwa siswa menerima pendidikan karakter dengan baik, namun ini semua akan berhasil dan membentuk karakter siswa dengan baik apabila semua pelaku pendidikan di lingkungan pendidikan.




B.     Pengertian Bakat dan Minat
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Sehubungan dengan cara berfungsinya, ada 2 jenis bakat, yaitu:
·         Kemampuan pada bidang khusus. Misalnya bakat musik, melukis, dll.
·         Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan khusus , misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan di bidang taknik arsitek.
Bakat bukanlah merupakan sifat tunggal, melainkan merupakam sekelompok sifat yang secara bertimgkat membentuk bakat. Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan. Sehingga mungkin saja seseorang tidak mengetahui dan mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang latent (tersembunyi).
Menurut John Holland, minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu di mana dia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi. Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat pada bidang yang akan ditekuni.
Tes bakat bertujuan membantu memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang di berbagai minatnya di bidang-bidang tertentu, untuk kemudian merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan atau pekerjaan. Melalui tes bakat akan diperoleh gambaran mengenai berbagai bidang kemampuan dan minat seseorang. Hasil tes bakat tidak dapat menentukan dengan mutlak pekarjaan atau karir apa yang harus dijalani.
Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda. Guru, orang tua, pembimbing perlu mengenal bakat anak-anaknya sehingga dapat memberikan pendidikan dan menyediakan pengalaman sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

C.    Bakat dan Potensi
Anak-anak adalah petualang dan pembelajar sejati yang penuh kejujuran dalam merealisasikan pikiran dan mengekspresikan perasaannya. Semua orang tua tentu ingin membahagiakan anak-anaknya, melihat mereka tumbuh sehat, cerdas dan sukses dalam kehidupannya. Namun, dalam praktiknya, keinginan tersebut seringkali menjadi ekspektasi yang berlebihan bahkan ambisi yang justru bisa menimbulkan masalah bagi proses pembentukan kepribadiannya.
Dalam prosesnya, kepribadian terbentuk berdasarkan hasil meniru, baik dari dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan luar. Akan tetapi, faktor internal dalam keluarga seperti kasih sayang, perhatian, pola asuh, didikan, serta metode pendekatan dalam membentuk kepribadian juga membangun kecerdasannya memiliki porsi lebih besar.  Di samping itu, kita juga harus menyadari dan memahami adanya faktor alami seperti bakat dan dorongan minatnya. Karena itu, dalam upaya membentuk kepribadian dan mendidik anak, serta mengantarkannya menuju kesuksesan ada beberapa hal berikut yang harus benar-benar dipahami orang tua.
Menurut Nia Hidayati ada empat faktor yang mempengaruhi pendidikan katarker yaitu:
1.      Ambisi orang tua
Ambisi berlebihan berpengaruh terhadap pemaksaan kehendak yang seringkali membawa masalah dalam pola asuh, komunikasi, serta hubungan orang tua dan anak di fase-fase berikutnya. Tidak sedikit anak yang mengalami stress, frustasi bahkan depresi karena merasa gagal, tidak mampu memenuhi keinginan orang tua, sehingga mereka banyak yang merasa menjadi “korban” ambisi orang tua, objek idealisme yang kurang realistis, bahkan menjadi target sebuah kepentingan. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadiannya. Bisa saja ia akan menjadi pribadi yang kurang percaya diri, pesimis, takut salah, tidak berani mengambil keputusan.
2.      memahami kemampuan otak anak
Dalam hal ini, orang tua harus memahami tingkat kemampuan anak dan tingkat kecerdasan anak. Tidak semua anak memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, tetapi sebagai orang tua kita harus berupaya menstimulasi pertumbuhan otaknya dan mengoptimalkan kemampuan anak. Hal ini juga perlu ditunjang dengan keadilan dalam sikap, cara berbicara dan cara memperlakukan mereka sebagai subjek kehidupan yang akan terus tumbuh dan berkembang. Sehingga  orang tua dapat menghargai dan memperlakukan anak secara adil
3.      memahami bakat dan potensi alami anak
Tidak sedikit anak-anak yang terlihat biasa saja dalam kecerdasan kognitifnya, tetapi memiliki bakat tertentu yang justru membuatnya lebih kreatif dan sukses. Kecerdasan intelektual bukan satu-satunya pembentuk kecerdasan otak yang penting untuk dikembangkan. Dalam kehidupan nyata sehari-hari, faktor kecerdasan emosional dan advertisal lebih banyak membantu membangun kepribadian anak yang lebih matang, lebih siap menghadapi masalah. Sehingga  orang tua dapat mengenali dan memahami bakat juga minat anak untuk kemudian mengarahkannya dengan benar dengan memahami hal ini, orang tua dapat mengasah, memupuk dan mengarahkan bakat, serta menumbuhkan minat anak di bidang tertentu yang bisa menjadi pegangan penting dalam kehidupannya di masa depan.
4.      Memahami konsep ”sekolah unggul” dengan benar
Dengan adanya keselarasan pemahaman prinsip antara metode pendidikan sekolah dengan pola asuh dan didikan di rumah, sehingga ada kesamaan atau kesesuaian pendekatan antara keduanya. Sekolah dapat dikatakan sebagai rumah kedua bagi anak. Keunggulan sebuah sekolah tidak hanya terletak pada kelengkapan fasilitas, tetapi juga keunggulan metode pendidikan dan penerapannya, adanya harmoni komunikasi dengan pendidikan keluarga, atau bahkan mampu menginspirasi dan memperbaiki pola-pola yang salah dalam pendidikan di rumah. Lebih dari semua itu, faktor kenyamanan anak dalam belajar dan bersekolah menjadi hal yang harus lebih diutamakan karena hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan mentalitasnya di kemudian hari, meskipun pendidikan di sekolah hanya sebagai penunjang pendidikan keluarga.
Keempat hal tersebut, bila kita perhatikan berkaitan dengan pentingnya memahami karakter anak dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak. Karakter terletak di alam bawah sadar yang meliputi memori, self image, personality dan habit. Keempat faktor pembentuk karakter tersebut sangat membantu pemahaman kita atas keempat hal di atas. Jika dalam diri anak terdapat banyak memori negatif yang disertai dengan self image yang buruk seperti memberikan label ‘anak bodoh’, maka akan membentuk kepribadian yang negattif dan kebiasaan yang buruk pula. Oleh karena itu, ciptakan suasana yang nyaman, pembiasaan-pembiasaan yang positif, serta sikap dan perlakuan yang menyenangkan bagi anak agar ia memiliki kenangan indah dan tumbuh menjadi pribadi yang positif.
Dalam mengembangkan point ketiga yakni mengoptimalkan bakat dan potensi siswa maka kita harus memiliki pemikiran bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berbakat, yang membedakan ialah ada tidaknya minat untuk mengembangkannya. Karena bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki manusia, sedangkan minat tercipta karena adanya ketertarikan kuat atas sesuatu. Kedua hal ini seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang.
Menurut Nia Hidayati, orang cerdas itu orang yang mampu memahami, mengembangkan dan mendayagunakan bakatnya untuk kepentingan dan kebahagiaan hidupnya, dan orang sukses ialah orang yang mampu membahagiakan hidupnya. Sukses bisa saja karena bakat, tetapi sering juga karena minat. Jika demikian, bagaimana bakat itu muncul dan terbentuk dalam diri kita? Bagaimana kita bisa mengembangkan keduanya?

D.    Pengoptimalan bakat dan potensi
Proses ini berlangsung hingga usia kita mencapai 16 tahun. Di usia inilah bakat mulai terasah karena kita memiliki ruang lebih luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu setelah mengalami proses kebingungan memilih, mencoba melakukan segala sesuatu, dan kita tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu. Dari proses ini, kita dapat memahami bahwa minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat.
Dalam beberapa pengertian, minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Dengan demikian, minat dan bakat merupakan faktor yang saling mempengaruhi, terlepas dari faktor mana yang lebih dominan. Keduanya penting untuk dikembangkan secara optimal bahkan maksimal.
Dalam kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni kemampuan tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki seseorang. Pengertian ini mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya pengertian menurut Gallup (2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan perilaku yang berulang-ulang dan dapat meningkatkan produktivitas. Namun ada yang perlu diperhatikan oleh orang tua yaitu membedakan bakat dan minat. Karena ana bakat yang diikuti minat dan ada bakat yang tidak di ikuti minat (yohana ratrin, 2007 :16).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka bakat itu tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu, tetapi juga berkaitan dengan adanya peran untuk mengembangkan. Dalam hal ini, minat menjadi faktor penting yang berfungsi sebagai nurture yang akan membantu pengembangan bakat tersebut. Minat merupakan suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan. Ciri umum minat ialah adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Keberadaan minat merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat karena tanpa minat, bakat tidak akan berdayaguna. Artinya, minat yang tinggi akan membuat kita mampu melakukan sesuatu sekalipun kita tidak berbakat, sebaliknya berbakat tanpa minat akan sulit mengembangkan bakat tersebut. Karena itu, ketika kita mengenali dan memahami bakat kita, tumbuhkanlah dan peliharalah minat kita agar bakat yang kita punya terjaga. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan bawaan yang tidak bisa kita ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan kita, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik. Untuk memahami bakat dan minat memang bukan masalah gampang karena tidak hanya menyangkut masalah banyaknya teori dan tes untuk mengenali bakat dan mengukur minat kita.  Lebih dari itu, ada yang sangat penting untuk kita pahami yakni bagaimana mengembangkan bakat dan minat itu untuk sebuah prestasi kehidupan karena tidak semua orang mampu memaksimalkan bakatnya, sekalipun ia telah mengenali dan mengetahuinya.
Untuk mengembangkan bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor berikut.
1.      Stimulasi.
Faktor stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan, karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi “melempem”.
2.      Kreatif
Berusahalah untuk kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga kita bisa mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita.
3.      Kejujuran  dan Ketulusan.
Kita harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada yang lainnya. Ketika bakat itu disertai dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas. Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi yang mensuplai kebutuhan.

Dari banyaknya uraian diatas, dapat di tarik sebuah simpulan tentang cara untuk menemukan dan mengoptimalkan bakat dan potensi anak.
1.      Memerhatikan kebiasaan-kebiasaan anak
2.      Mengadakan evaluasi
a.       Bertanya tentang cita-cita
b.      Bertanya tentang pengalaman hidup
3.      Memberikan stimulus
4.      Pengasahan respon
5.      Pemberian treatmen
6.      Mencari minat
a.       Penemenuhan kebutuhan
b.      Penyelarasan dengan bakat
7.      Pengasahan bakat
8.      Memberikan stimulus pada bakat
9.      Menunjang fasilitas
10.  Mendukung bakat anak

E.     Pengoptimalan Bakat dan Potensi dalam Pembentukan Karakter Siswa.
Pengoptimalan bakat dan potensi dalam membentuk karakter siswa ini tidak boleh menghilangkan apa yang dinamakan budi, moral, etika, akhlak. Karena hal-hal tersebut sudah kalah dengan “kekuasaaan, harta, dan jabatan”. Dibawah ini adalah beberapa hal yang harus ditamamkan pada anak untuk membentuk karakter dengan mengoptimalkan bakat dan potensi anak.
Menurut Arry Ginanjar terdapat tujuh budi yang harus ditanamkan dalam diri anak yaitu:
1.      Jujur
2.      Tanggung jawab
3.      Visioner
4.      Displin
5.      Kerja sama
6.      Adil
7.      Peduli (Dharma Kesuma 2011:13)

Nah, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara mengoptimalkan bakat dan potensi anak? Caranya  Kita ambil contoh salah satu bakat anak. Misalnya bakat dalam bermain sepakbola. Dibawah ini adalah cara orang tua atau guru atau pembimbing dalam membentuk karakter. Dengan catatan semua yang berhubungan dengan pembentukan karakter ini harus sesuai dengan bakat dan potensi anak dan semua juga harus berperan aktif agar pembentukan karakter ini tertanam dengan bagus. Yaitu:
1.      Dalam sepakbola terdapat istilah bermain dengan fairplay (jujur)
Dengan menanamkan cara bermain yang fairplay ini secara tidak langsung kita sudah menanamkan sifat jujur dan jika sifat ini sudah tertanam dengan baik maka tak hayal nantinya akan terbawa di luar konteks permainan. Dalam konteks pendidikan misalnya dalam mengerjakan tugas, PR, Ulangan, atau lainnya yang berproyeksi pada nilai kejujuran.
2.      Dalam sepakbola juga terdapat pocition (posisi, tempat yang harus dijaga)
Posisi merupakan sebuah tanggung jawab dalam sepakbola, dimana posisi merupakan sebuah area di lapangan sepakbola, dan di area tersebut terdapat tugas untuk para pemain yang mendapat posisi tersebut, misal jika ada lawan yang hendak menyerang dari sektor area tempat kita berjaga maka kita harus menghadangnya sebisa kita sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan pelatih dan ini juga menyangkut menjaga kepercayaan pelatih (orang lain) agar tidak mengakibatkan hal yang tidak di inginkan oleh teman se tim kita yaitu kebobolan.  Dan dalam pembentukan karakter anak sifat tanggub jawab sangat penting karena apapun yang kita lakukan kita harus bisa mempertanggungjawabkannya pada publik. Dan ini berhungungan dengan rasa kepercayaan yang di berikan orang lain. Jika kita mampu memberikan tanggung jawab yang sudah di berikan oleh orang lain tak hayal orang tersebut akan semakin menauh kepercayaan pada kita.
3.      Visioner dalam sepakbola adalah visi dari klub
Dalam  sepakbola hal dapat dicerminkan dengan banyak hal dan ini tergantung dari menejemen klub. Namun dapat digambarkan secara umum visi dari permainan sepakbola adalah sebuah komitmen untuk bermain dengan indah dan sepakat mencapai satu perstasi yang merupakan  target bersama yakni kemenangan dalam setiap pertandingan. Nah, jika di hubungkan dengan karakter ini ada hubngannya dengan visi yang dicanangkan dalam diri anak dan akan menimbulkan sebuah misi atau istilah keren buat anak-anak adalah cita-cita. Dan cara membuat visi untuk anak-anak kita sebagai guru dan orang tua bisa melakukan nya dengan cara menanyakan cita-cita mereka, dan setelah cita-cita mereka tercipta kemudian kita memberikan gambaran-gambaran visi untuk menggapai cita-cita tersebut, misalnya; bersabar, rajin belajar, bersungguh-sungguh. Dan lain-lain.
4.      Disiplin, dalam sepakbola adalah bermain disiplin dan tepat waktu
Tepat waktu dalam jam latihan, bermain, kedisiplinan dilapangan dalam menjaga posisi, dan intinya dalam kehidupan sehari-hari disiplin ini sanagt penting. Dan bila hal ini sudah tertanam dengan baik maka seorang siswa akan senantiasa masuk  sekolah  tepat  waktu, mengerjakan tugas tepat waktu.
5.      Kerja sama, dalam sepakbola terdapat menu kekompakan dalam bermain
Penanaman sifat kerjasama yang bagus bukanlah hal yang mudah karena ini berhubungan dengan rasa kepercayaan terhadap orang lain. Namun jika sifat 1, 2, 3 sudah tertanam dengan baik maka tidak akan ada masalah dengan poin ke empat ini, dan untuk karakter siswa dalam di munculkan dalam mengerjakan tugas kelompok.
6.      Adil, dalam sepakbola berdasarkan kemampuan dan kontribusi
Jika ada pemain yang melanggar (misal; mentackling lawan) dengan kasar maka sudah sewajarnya di beri hukuman bisa dengan kartu kuning ataupun dengan kartu merah. Ada juga adil dalam performa, misalnya; pemain yang bermain bagus dan berpengalaman akan masuk dalam strarting eleven sedangkan pemain yang kurang bagus atau masih dalam taraf belajar maka pemain  tersebut akan berada di bangku cadangan untuk belajar dan jika mendapat kepercayaan  tampil sebagai strarting eleven maka pemain tersebut harus  mempertahankan performa tersebut dan harus di kembangkan dan ditingkatkan. Dan dalam dunia pendidikan dapat diamplikasi dengan pemberian  tugas  kelompok  dan siswa di minta untuk membagi tugas dengan adil.  
7.      Peduli, bisa dilakukan pada teman satu tim ataupun pemain tim lawan
Dalam sepakbola pasti akan ada insiden pelanggaran dan pstinya pemain lainnya harus peduli dan membantu pemain yang dilanggar jika pemain tersebut mengerang kesakitan, dan kepedulian nya tersebut dapat dilakukan dengan cara membuang bola ke pinggir lapangan hingga meninggalkan lapangan sepakbola. Dan dalam pendidikan bisa diterapkan pada seorang teman yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas dan teman lainnnya dapat membantu temen tersebut dengan cara memberikan bimbingan bagaimana cara menyelesaikan tugas tersebut, tapi bukan berarti teman lainnya membantu dalam hal ikut mengerjakan tugasnya.
Nah diatas merupakan contoh diluar sekolah, bagaimana 7 penanaman budi itu dalam lingkungn sekolah atau ditanamkan pada waktu proses belajar. Misalnya kita ambil salah satu contoh bakat dalam pendidikan dalan sekolah. Yaitu pada bakat seni (menggambar, melukis, menyanyi, menulis dll).

F.     Mengembangkan Bakat dan Minat Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada periode ini anak mencapai kematangan fisik dan diharapkan pula disertai dengan kematangan emosi dan perkembangan sosialnya. Karena masa peralihan maka remaja pada umumnya masih ragu-ragu akan perannya dan menimbulkan krisis identitas. Dalam usaha menemukan jati dirinya dalam arti mengatahui kebutuhan-kebutuhan pribadi serta tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya, maka pengembangan bakat dan minat remaja sangat penting. Dan dalam mengembangkan kompetensinya remaja tetap membutuhkan bimbingan dari orang tua dan lingkungan rumah maupun sekolah.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, guru atau lingkungan terdekat anak untuk mengambangkan bakat dan minat adalah:
a.       sejak usia dini cermati berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang tampak menonjol pada anak.
b.      Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya.
c.       Kembangkan konsep diri positif pada anak.
d.      Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di berbagai bidang.
e.       Usahakan berbagai cara untuk meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni bidang-bidang yang menjadi kelebihannya.
f.       Tingkatkan motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
g.      Stimulasi anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
h.      Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
i.        Sediakan fasilitas atau sarana untuk mengembangkan bakat anak.
j.        Dukung anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan bakatnya.
k.      Jalin hubungan baik antara orang tua, guru, dengan anak atau remaja.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam mengembangkan bakat dan minat remaja, yaitu:
a.       Mengikuti minat teman.
Usia remaja adalah masa perkembangan yang ditandai dengan solidaritas tinggi terhadap teman-teman sebayanya. Remaja kurang memahami siapa dirinya, memiliki kebutuhan yang besar untuk berada dan diakui dalam kelompoknya. Hal ini seringkali membuat remaja mengikuti minat temannya, memilih bidang yang sebenarnya kurang sesuai dengan bakat dan minatnya. Untuk memilih bidang-bidang yang akan dikembangkannya, remaja perlu berdiskusi, mencari masukan dan bertukar pikiran dengan orang tuanya.
b.      Penelusuran bakat dan minat secara dangkal.
Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius dan berkesinambungan. Tes bakat pada umumnya memadukan kemampuan intelektual ataupun ketrampilan dengan bakat dan minat yang dimiliki seseorang. Kemampuan tinggi tanpa didukung oleh minat akan membuat anak bisa berhasil dalam pendidikannya akan tetapi antusiasme untuk mempelajarinya kurang tinggi minat dan bakat yang tinggi di suatu bidang tanpa didukung kemampuan akan membuat seseorang membutuhkan tenaga dan usaha ekstra keras untuk mencapainya. Selain hal tersebut tentunya di manapun seseorang belajar dan bekerja dibutuhkan motivasi belajar, daya juang dan ketekunan.

Banyak orang tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang tepat, karena beberapa hal:
a.       Siswa belum secara sengaja menjajagi kemampuan, bakat serta minatnya.
b.      Kurangnya wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan yang ada.
c.       Tidak ada masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam kemampuan atau bakatnya.
d.      Siswa belajar tanpa tahu kegunaan dan tujuan dari bidang studi yang dipelajarinya.
e.       Bidang yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi.
f.       Bakat yang ada belum terasah atau kurang mendapat kesempatan untuk dikembangkan sehimgga tidak nampak.
g.      Perasaan tidak mampu atau tidak berbakat dari pribadi yang bersangkutan ataupun dari lingkungannya.

Seseorang bisa mengenal bidang studi atau pekerjaan tertentu karena:
a.       Memperoleh informasi mengenai berbagai bidang studi atau pekerjaan.
Membuka wawasan anak dengan mencari atau memberi informasi, misalnya membawa anak dalam lingkungan orang tua membuat anak tahu dan kenal bidang yang digeluti orang tua. Terlebih lagi ketika orang tua menceritakan berbagai hal positif mengenai lingkup kerjanya, manfaatnya untuk orang lain ataupun lingkungan, akan membawa anak untuk menjadi ahli kimia.



b.      Berkaitan dengan pelajaran di sekolah.
Misalnya seorang anak tertarik di bidang kimia karena gurunya mengajar kimia sedemikian menariknya sehingga dia memutuskan untuk menjadi ahl kimia.
c.       Seorang siswa SMA berniat masuk Fakultas Kedokteran akan tetapi pada saat dia akan mendaftar dia bahwa Bioteknologi masa kini sedang populer dan menarik, dan setelah mencoba menjajagi dia kemudian memilih bioteknologi dan berhasil berprestasi dengan baik karena suka.
d.      Secara kebetulan atau tidak sengaja mendapat informasi.
Jadi manusia memiliki banyak kemampuan dan bakat yang masih merupakan potensi namun hanya sedikit sekali dari kemampuan tersebut teraktualisasi.



Kesimpulan

Dari pemabahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor yaitu: Simulasi, Kreatif,   Kejujuran  dan Ketulusan.
Cara untuk menemukan dan mengoptimalkan bakat dan potensi anak antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Memerhatikan kebiasaan-kebiasaan anak
2.      Mengadakan evaluasi
·         Bertanya tentang cita-cita
·         Bertanya tentang pengalaman hidup
3.      Memberikan stimulus
4.      Pengasahan respon
5.      Pemberian treatmen
6.      Mencari minat
·         Penemenuhan kebutuhan
·         Penyelarasan dengan bakat
7.      Pengasahan bakat
8.      Memberikan stimulus pada bakat
9.      Menunjang fasilitas
10.  Mendukung bakat anak
Pengoptimalan bakat dan potensi dalam membentuk karakter siswa ini tidak boleh menghilangkan apa yang dinamakan budi, moral, etika, akhlak. Karena hal-hal tersebut sudah kalah dengan “kekuasaaan, harta, dan jabatan”. Dibawah ini adalah beberapa hal yang harus ditamamkan pada anak untuk membentuk karakter dengan mengoptimalkan bakat dan potensi anak.
Menurut Arry Ginanjar terdapat tujuh budi yang harus ditanamkan dalam diri  anak  yaitu:  Jujur, Tanggung jawab, Visioner, Disiplin, Kerja sama, Adil, dan Peduli.



Daftar Pustaka

Drost. M. Dkk. 2003. Perilaku anak usia dini, kasus dan pemecahannya. Yogyakarta. Kanisius.
Kesuma, Dharma, dkk. 2007. Pendidikan Karakter. Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Slavin. Robert E. 2008. Psikologi pendidikan, teori dan praktek. Jakarta. PT Macanan Jaya Cemerlang.