JENIS PENELITIAN BERIKUT DESAIN PENELITIAN
METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN STATISTIK
Dosen pembimbing:
Prof. Dr. Bambang Y dan prof. Dr. Sunarto
Oleh:
Agus Paramuriyanto 117835008
Ahmad Khoiron Hamzah 117835075
Bambang Edi Pornomo 117835022
Idham 117835040
Nanda Sukmana 117835023
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
2011
JENIS PENELITIAN BERIKUT DESAIN PENELITIAN
A. Pengantar
Dalam dunia pendidikan kita mengenal adanya sebuah penelitian terhadap pendidikan, baik itu mengupas atau menyelidiki tentang seluk-beluk pendidkan atau pun bahan ajar pendidikan dan hal-hal non pendidikan. Sehubungan dengan mata kuliah metode penelitian kuantitatif dan statistis membahas tentang bagaimana tata cara melakukan penelitian dan sub-sub atau tahapan-tahapan dalam melakukan sebuah penelitian tersebut. Dalam penelitian kata masalah atau rumusan masalah dan bagaimana menentukan dan memilih masalah untuk di teliti. Setelah itu kita membicarakan apa yang melatarbelakangi munculnya masalah itu. Selain latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sub-sub lainnya yang harus dipenuhi. Ada suatu unsur atau sub yang harus di cari dan ditentukan yakni populasi dan sampel. Karena penentuan populasi dan sampel mempermudah penelitian bagi peneliti.
Semua itu termasuk dalam metodologi penelitian, namun ada hal yang penting dalam melakukan suatu penelitian yakni, rancangan penelitian atau desain penelitian. Gambaran umum desain penelitian dan berikut jenis-jenis penelitiannya.
B. Jenis Penelitian Kuantitatif
Berbicara mengenai jenis penelitian, gambara di pikiran kira pastilah akan bercabang kemana-mana. Namun itu akan segera jelas dan tertuju pada satu pusat. Pertama kita pilah jenis penelitiannya, yakni ada penelitian kuantitatif dan ada penelitian kualitatif. Kemudian kita berfokus pada penelitian kuantitatif, dan jenis penelitian kuantitatif. Maka:
Menurut Suharsimi (2002:12) jenis-jenis penelitian kuantitatif secara umum dibedakan menjadi dua, yakni penelitian eksperimen dan non eksperimen. karena dalam pembahasan kali ini kami tidak membahas penelitian tindakan. Maka kami tidak akan membahas PTK (penelitian tindakan kelas). Apabila data sudah tersedia maka disebut penelitian non-eksperimen, namun jika data masih akan di cari maka penelitian tersebut dinamakan penelitian eksperimen.
Suharsimi (2002:12) Penelitian non-eksperimen yang banyak dilakukan berbentuk antara lain:
1. Penelitian Deskriftif
Menurut prof. Sukmadinata (2005:72) Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Dan banyak ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupu hasil rekayasa manusia. Dan objek kajian penelitian ini antara lain:
a. Bentuk fenomena
b. Aktifitas fenomena
c. Karakteristik fenomena
d. Perubahan fenomena
e. Hubungan fenomena
f. Kesamaan fenomena dan
g. Perbedaan fenomena
Untuk keterangan mengenai penelitian deskriptif silahkan klik disini
Jenis Penelitian Deskriptif menurut Sukmadinata (2005:76)
Ø Studi perkembangan (developmental study)
Ø studi kemasyarakatan
Ø studi perbandingan
Ø studi hubungan
Ø studi kecendrungan
Ø studi tindak lanjut
Ø analisis kegiatan
Ø analisis data atau dokumentasi
2. Penelitian Eksploratif
Penelitian ekaploratif adalh salah satu penelitian sosial uyang tujuannya membri sedikit definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang dignakan dalam penelitian. Menurut mantra (2004:37-39) penelitia kan mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi lebih jauh. Dan sifat peneltian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber dianggap penting sebagai sumber informasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjadikan topik baru untuk lebih di kenal oaleh masyarakat luas, memberikan gambaran dasar mengenai topik bahsan, menggenarilisasi gagasan dan mengembangkan teori yang bersifat tentatif, membuka kemungkinan yang diadakannya penelitian lanjutan terhadap tipok yang dibahas, serta menunjukkan teknik dan arah yang digunakan dalam penelitian berikutnya.
3. Penelitian Survei
Menurut Sukamadinata (2005:82) Penelitian survei biasanya digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar (contoh, seperti niat pak Joko, mahasiswa S2 PBSI unesa, beliau ingin meneliti tingkat kemampuan berbahasa di seluruh indonesia). Nah dengan contoh tersebut bisa menggunakan penelitian survei terlebih dahulu. Setelah itu terserah anda pak Joko.
Dan kenyataannya di Indonesia, penelitian ini biasa digunakan untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk se Indonesia, dari tahun ke tahun.
4. Penelitian Evaluasi
Menurut Sukmadinata (2005:120) penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalm mengumpulkan data dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukjan nilai atau manfaat dari suatu pendidikan. Praktek pendidikan bisa berupa program, kurikulum, pembelajaran, kebijakan, regulasi administratif, dll.
Menurut sukmadinata (2002:203-209) penelitian eksperimen dibagi menjadi tiga yakni:
1. Eksperimen murni
penelitian eksperimen murni kelompok subjek penelitian ditentukan secara acak, dan merupakan pengujian terhadap variabel bebas dan variabel terikat yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Serta dalam penentuan sampel dilakukan secara acak. Karena semua kelompok dianggap sama akan kemampuannya.
2. Eksperimen kuasi (semu)
Pada penelitian eksperimen murni kelompok subjek penelitian ditentukan secara acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan kelompok yang berada dalam batas-batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan khususnya dalam pebelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek secara acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam penelitian eksperimen murni tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya, sehingga penelitian harus dilakukan dengan menggunakan intact group. Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian kuasi eksperimen (eksperimen semu). Jadi penelitian kuasi eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment)
3. Eksperimen lemah (pra eksperimen)
Namanya saja eksperimen lemah, dan kenapa dikatakan eksperimen lemah itu karena tidak adanya penyamaan karakter (random) dan tidak ada pengontrolan variabel. Dan eksperimen ini sebaiknya tidak digunakan untuk penelitian tesis, desertasi atau penelitian-penelitian yang digunakan untuk penentuan kebijakan, pengembangan ilmu, dan sejeninnya.
4. Eksperimen subjek-tunggal
Merupakan sebuah eksperimen yang memiliki subjek penelitian yang bersifat tunggal, namun objeknya bisa satu orang atau lebih. Dalam artian penyajian dan analisis data berdasarkan subjek secara individual.
C. Desain Penelitian
Menurut Suharsimi (2002:11) desain penelitian kuantitatif secara umum adalah adanya kejelasan dalam langkah-langkah penelitiannya dan hasil yang diharapkan pun sudah jelas. Jika desain penelitian disamakan dengan langkah-langkah penelitian maka tidak ada bedanya dengan rancangan penelitian. Maka dari itu, desain atau rancangan penelitian lebih menekankan atau lebih mengarah pada penyusunan langkah-langkah pengumpulan data, penganalisisan data, serta penyimpulannya. Nah sehubungan dengan hasil yang diharapkan pun sedah jelas dapat diartikan ini adalah penentuan hipotesis harus sangat tepat.
Dalam penelitian non eksperimen, misalnya penelitian survei peneliti dapat menyusun desain penelitian atau tahapan-tahapan penelitian dalam mengumpulkan data, menganalisis, dan menyimpulkan. Namun sebalum itu ada beberapa teknik mengumpulkan data dalam penelitian survei, seperti pendapat Sukmadinata (2005:84) yaitu wawancara langsung dan tak langsung, kemudian pengedaran angket secara langsung dan tak langsung, obsevasi, dan studi dokumenter.
D. Desain Penelitian Eksperimen
Secara definisi, desain penelitian mempunyai dua macam pengertian, yaitu secara luas dan sempit. Secara luas, desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksaan penelitian. Dalam hal ini komponen desain dapat mencakup semua struktur penelitian yang diawali sejak menemukan ide, menentukan tujuan, kemudian merencanakan proses penelitian, yang di dalamnya mencakup perencanaan permasalahan, merumuskan, menentukan tujuan penelitian, mencari sumber informasi dan melakukan kajian dari berbagai pustaka, menentukan metode yang digunakan, analisis data dan mengetes hipotesis untuk mendapatkan hasil penelitian, dan sebagainya. Arti desain penelitian secara luas ini didukung oleh pendapat dari beberapa ahli (babbie, 1983), (Gay, 1983) dan (Nazir, 1988). Lebih jauh (Babbie, 1983), tentang desain penelitian yang mengatakan bahwa research design addresses the planning of scientific inquires.
Seorang peneliti memang perlu mempertimbangkan sejakl munculnya rasa ketertarikan mereka terhadap masalah yang muncul dalam suatu objek atau subjek di sekitarny, kemudian diteruskan pemikiran lebih jauh guna menangkap dan merangkaikan ide dan teori yang mendasari dari interes peneliti terhadap sesuatu yang ingin diteliti. Atau dengan kata lain, pemikiran dari yang masih sifatnya abstrak ini dilanjutkan sampai pada langkah yang lebih nyata atau operasional, di anntaranya yaitu menghubungkan pada konteks dan permasalahan. Variabel yang terikat dalam permasalahan, pemilihan metode, tehnik sampling, administrasi data, dan sampai akhirnya pada pembuatan laporan penelitian.
Desain penelitian secara sempit dapat diartikan sebagai penggambaran secara jelas tentang hubungan antarvariabel, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan adanya desain yang baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antara variabel yang ada dalam konteks penelitian dan apa yang hendak dilakukan oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian. Desain penelitian yang dibuat secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas pada kaitannya dengan penyusunan hipotesis dengan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian selanjutnya.
Contoh aplikasi nyata perlunya desain penelitian (Campbel dan Stanley, 1966), mengenai model desain penelitian yang jumlahnya 12 model dan terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu praeksperimen, eksperimen, dan eksperimen semu (quasi experiment). Desain pertama adalah model praeksperimen, bentuk model ini masih berpendapat bahwa desain tidak perlu karena dengan pemahaman sepintas, parea peneliti dapat mengetahui tindakan apa yang hendak dilakukan dan implikasi apa yang perlu untuk mendapatkan data yang diperlukan di lapangan.
PRAEKSPERIMEN
Desain 1. Praeksperimen
Pada desain 1 ini tidak ada grup kontrol.
Pretes | Variabel Terikat | Postes |
Y1 | X | Y2 |
Desain 2. Perbandingan Grup statis
Keterangan:
Grup | Variabel Terikat | Postes |
Eksperimen Kontrol | X - | Y2 Y2 |
X = ada treatment
- = tidak menerima treatment
Pada desain praeksperimen ini kebberadaan grup tidak dipilih secara random.
EKSPERIMEN
Desain 3. Postes Hanya Grup Kontrol dengan random Subjek
(Randomized Subjects Posttest Only Control Group Design)
Grup | Variabel Terikat | Postes | |
(R) (R) | Eksperimen Kontrol | X - | Y2 Y2 |
Desain 4. Memasangkan Subjek Hanya Postes Secara Random
(Randomized Matched Subjects Posttest Only)
Grup | Variabel Terikat | Postes | |
(Mr) | Eksperimen Kontrol | X - | Y2 Y2 |
Desain 5. Subjek Random Desain Pretes-Postes Grup
(Randomized Subjects, Pretes-Posttest Control Group Design)
Grup | Pretes | Variabel Terikat | Postes | |
(R) (R) | Eksperimen Kontrol | Y1 Y1 | X - | Y2 Y2 |
Desain 6. Desain Tiga Grup Salamon (Salamon Three Group Design)
Grup | Pretes | Variabel Terikat | Postes | |
(R) (R) (R) | Eksperimen Kontrol 1 Kontrol 2 | Y1 Y1 _ | X - X | Y2 Y2 Y2 |
Desain 7. Desain Empat Group Salamon (Salamon Four Group Design)
Grup | Pretes | Variabel Terikat | Postes | |
(R) (R) (R) (R) | Eksperimen Kontrol 1 Kontrol 2 Kontrol 3 | Y1 Y1 _ - | X - X - | Y2 Y2 Y2 Y2 |
Desain 8. Faktorial Sederhana (Simple Factorial Design)
Variabel Atribut | Variabel Eksperimen (X1) | |
Treatment A | Treatment B | |
Level 1 Level 2 | Cell 1 Cell 2 | Cell 3 Cell 4 |
EKSPERIMEN SEMU
Desain 9. Pretes-Postes Grup Kontrol Tidak Secara Random
(Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest design)
Grup | Pretes | Variabel Terikat | Postes |
Eksperimen Kontrol | Y1 Y1 | X - | Y2 Y2 |
Desain 10. Pengaruh Imbangan (Counter Balanced Design)
Pengulangan | Treatment Eksperiment | |||
X1 | X2 | X3 | X4 | |
1 2 3 4 | Grup A Grup C Grup B Grup D Rerata kolom 1 | B A D C Rerata kolom 2 | C D A B Rerata kolom 3 | D B C A Rerata kolom 4 |
Desain 11. Satu Grup Time seri (One Group Time Seri Design)
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 |
Desain 12. Grup Kontrol Time Series (Control Group Time Series Design)
Grup | |
Eksperimen Kontrol | Y1 Y2 Y3 Y4 X Y5 Y6 Y7 Y8 Y1 Y2 Y3 Y4 - Y5 Y6 Y7 Y8 |
Untuk memecahkan persoalan eksperimen yang lebih rumit, seorang peneliti umumnya memerlukan adanya pembahasan tentang apa yang dimaksud dengan desain factorial. Desain factorial pada prinsipnya termasuk bagian dari desain penelitian, yang secara pasti diuraikan sebagai berikut.
Factorial design is one in which two or more variabel s are manipulated simultaneously in order to study the independent effect of each variabel on the dependent variabel s as well as the effects due to interactions among the several variabel s (Ary dkk., 1985).
Desain faktorial merupakan suatu tindakan terhadap satu variabel atau lebih yang dimanipulasi secara simultan agar dapat mempelajari pengaruh setiap variabel terhadap variabel terikat atau pengaruh yang diakibatkan adanya interaksi antara beberapa variabel. Jika diperhatikan pada desain 1 dan desain 2, menunjukkan bahwa karena masih menggunakan konsep variabel tunggal, seorang peneliti pada umumnya masih merasa mudah dan mengerti apa yang hendak dilakukan dan tindakan apa yang perlu diantisipasi untuk mengambil data yang diperlukan di lapangan. Konsep variabel tunggal ini banyak terjadi di penelitian laboratorium, ilmu pengetahuan alam, dan disebagian penelitian tinngkah laku (pendidikan, sosial dan ekonomi). Tetapi bila lebih lanjut kita melihat pada desain penelitian eksperimen atau eksperimen semu, maka kesulitan akan dirasakan, terutama dalam menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan dalam proses selanjutnya.
Dalam penelitian tingkah laku, konsep variabel tunggal pada umumnya kurang tepat jika diterapkan dalam penelitian sebenarnya. Hal ini terjadi, karena kebanyakan pengaruh variabel terjadi saling terkait dengan variabel lainnya. Untuk mengatasi pengaruh variabel yang saling terkait dan memecahkan permasalahan dalam penelitian eksperimen, desain faktorial dapat digunakan secara tepat. Dengan desain faktorial, seorang peneliti dimungkinkan untuk dapat mencermati disamping pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terkait, juga interaksi yang dapat terjadi dari beberapa variabel terikat maupun variabel bebas dalam suatu proses penelitian.
Desain faktorial dapat dibedakan menjadi dua tipe. Tipe pertama, satu dari variabel bebas dimanipulasi secara eksperimental dengan variabel terikat. Tipe ini pada umumnya dilakukan karena peneliti tertarik pada pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat secara terpisah, baru kemudian memperhitungkan variabel lainnya yang mungkin berpengaruh pada variabel tersebut. Tipe kedua adalah dalam suatu penelitian, semua variabel bebas dimanipulasi secara eksperimental, karena si peneliti tertarik terhadap pengaruh beberapa variabel bebas dan mengharapkan dapat menilai pengaruh variabel tersebut baik secar terpisah maupun secara bersama.
E. YANG MERUSAKKAN HASIL EKSPERIMEN
Hasil eksperimen dengan subjek manusia atau tingkah laku mempunyai kemungkinan besar bervariasi, apabila peneliti tidak bisa memisahkan antara variabel yang diperlukan dari variabel luar di sekitar proses eksperimen. Padahal secara ideal, suatu eksperimen dikatakan valid apabila:
1. Hasil yang dicapai hanya diakibatkan oleh karena variabel bebas yang dimanipulasi secara sistematis.
2. Hasil akhir eksperimen harus dapat digeneralisasi pada kondisi eksperimen yang berbeda.
Untuk mencapai hal yang ideal di atas, ada dua syarat agar hasil suatu eksperimen dapat menapai hasil yag baik dan tidak bervariasi. Kedua syarat yang dimaksud adalah perlunya validitas internal dan validitas eksternal yang terjaga selama proses penelitian eksperimen.
Suatu penelitian dikatakan mempunyai validitas internal tinggi, apabila kondisi berbeda pada variabel terikat dari subjek yang diteliti merupakan hasil langsung dari adanya manipulasi variabel bebas. Misalnya, penelitian pendidikan tentang pengaruh metode mengajar alternatif dan metode mengajar yang biasa diberikan guru terhadap hasil belajar siswa. Jika validitas internal tinggi, maka perbedaan hasil belajar di antara grup eksperimen dan grup kontrol, hanya disebabkan adanya pengaruh dari kedua variabel metode mengajar. Hal ini dapat dicapai apabila validitas internal tetap dijaga sehingga perubahan hasil belajar pada siswa hanya disebabkan oleh adanya perubahan pada variabel bebas.
Validitas internal penelitian eksperimen dapat terjadi karena adanya delapan faktor penting sebagai sumber variasi, kedelapan faktor tersebut, yaitu:
1. Faktor sejarah atau history dari subjek yang diteliti.
2. Proses kematangan.
3. Prosedur pretesting.
4. Instrumen pengukur yang digunakan.
5. Adanya kecenderungan terjadinya statistik regresi pada individu.
6. Perbedaan pemilihan subjek.
7. Perbedaan lainnya disebabkan adanya mortalitas dalam proses eksperimen.
8. Terjadinya interaksi di antara faktor-faktor di atas, termasuk kematangan, sejarah, pemilihan, dan sebagainya.
Kedelapan faktor ini perlu dikontrol agar variabel yanng direncanakan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel terikat.
Variabel eksternal tinggi merupakan kondisi dimana hasil penelitian yang dilakukan dapat digeneralisasi dan digunakan pada kelompok lain di luar setting eksperimen, ketika keadaan serupa dengan kondisi penelitian eksperimen. Jika hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada situasi lain, maka dapat diartikan bahwa orang lain tidak dapat mengambil keuntungan dari hasil penelitian yang ada. Akibatnya mereka harus terus-menerus melakukan penelitian sendiri untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Beberapa peneliti menggunakan istilah ecological vallidity untuk batasan validitas eksternal.
Validitas eksternal pada umumnya dibedakan menjadi empat macam faktor, yaitu:
1) Adanya interaksi pengaruh bias pemilihan dan X.
2) Pengaruh interaksi pretesting.
3) Pengaruh reaktif proses eksperimen.
4) Adanya interferensi antarperlakuan selama dalam proses penelitian eksperimen.
Validitas eksperimen yang baik mestinya mengandung kedua validitas tersebut, secara proporsional, walaupun itu tidak dapat dicapai secara sempurna.
Jika dari bermacam-macam desain penelitian tersebut dipadukan dalam suatu tabel, maka akan tampak masing-masing kelemahan maupun kelebihannya terhadap validitas internal maupun validitas eksternalnya. Memahami masing-masing desain penelitian terhadap sumber validitas tersebut penting, terutama ketika peneliti akan menentukan bentuk desain penelitian eksperimen yang hendak digunakan guna memecahkan permasalahan yang diinginkan.
Faktor-faktor yang mungkin merusakkan validitas desain eksperimen, secara ringkas dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 13.1 Faktor Yang Merusakkan Validitas Eksperimen
Sumber Validitas | Desain Penelitian | ||||||||||
Pra-eksperimen | Eksperimen | Eksperimen Semu | |||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | |
Validitas Internal | |||||||||||
? Sejarah yang melatari | - | + | + | + | + | + | + | + | + | - | + |
? Proses kematangan | - | ? | + | + | + | + | + | + | + | + | + |
? Prosedur pretesting | - | + | + | + | + | + | + | + | + | + | + |
? Pengukur Instrumen | - | + | + | + | + | + | + | + | + | ? | + |
? Statistik Regresi | ? | + | + | + | + | + | + | ? | + | + | + |
? Perbedaan seleksi | + | - | + | + | + | + | + | + | + | + | + |
? Mortalitas | + | - | + | + | + | + | + | + | + | + | + |
? Interaksi antara pemilihan dan pematangan | - | - | + | + | + | + | + | - | ? | + | + |
Validitas Eksternal | |||||||||||
? Interaksi pemilihan dan variabel eksperimen (X) | - | - | ? | ? | ? | ? | ? | ? | ? | ? | - |
? Interaksi pretesting dengan variabel | - | + | + | - | + | + | - | ? | - | - | |
? Relasi prosedur eksperimen | ? | ? | ? | ? | ? | ? | ? | ? | ? | ? | |
? Inteferensi multi teratment | - |
Keterangan :
+ = menunjukkan adanya kontrol terhadap faktor
- = menunjukkan tidak adanya kontrol terhadap faktor
? = menunjukkan masih dipertanyakan kontrol terhadap faktor
= (kosong) menunjukkan bahwa faktor yang dimaksud tidak relevan.
Nomor 1-12 menunjukkan desain penelitian eksperimen yang terbagi atas tiga kelompok, yaitu praeksperimen, eksperimen dan eksperimen semu.
Kesimpulan
Penelitian eksperimen merupakan salah satu metode yang memerlukan persyaratan paling ketat, guna mencapai tujuan penelitian khususnya untuk menentukan hubungan sebab akibat atau causal-effect relationship.
Dalam penelitian eksperimen, variabel-variabel yang diidentifikasi ke dalam dua kelompok variabel bebas dan variabel terikat sudah dibangun secara tegas sejak awal penelitian.
Di llihat dari aspek prosesnya tempat kejadian, penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penelitian di laboratorium dan penelitian lapangan atau di luar laboratorium.
Penelitian eksperimen mempunyai tiga ciri penting yang selalu menyertainya, yaitu adanya manipulasi secara terencana, kontrol terhadap variabel, dan observasi terhadap proses eksperimen
Kegiatan mengontrol variabel mempunyai peranan penting. Karena dengan adanya kontrol variabel tersebut, peneliti dapat melakukan pengukuran secara cermat terhadap setiap perubahan penampilan variabel terikat.
Desain penelitian merupakan penggambaran secara jelas hubungan antar variabel yang dapat dimanfaatkan dalam menyusun hipotesis penelitian dan tindakan yang perlu diambil dalam proses eksperimen selanjutnya.
Yang perlu di ingat adalah dalam menentukan desain penelitian peneliti bisa mendesainnya sendiri sesuai kebutuhan penelitian.
Daftar Pustaka
Ali, Muhammad. 1993. Strategi Penelitian. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi, 2002. PROSEDUR PENELITIAN Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Hermawan, Asep. Tanpa tahun. Penelitian Bisnis-Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT.Grasindo.
Mantra, Ida Bagus. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Pustaka Pelajar.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005. Metodologi Penelitian. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Suroso. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pararaton.
Suryabrata, Sumadi. 1987. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.
Sutejo, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar