ANALISIS PUISI “PERAHU KERTAS” KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO BERDASARKAN TEORI FORMALISME RUSIA
A.
Pendahuluan
Puisi
merupakan salah satu jenis karya sastra yang penyajiannya sangat mengutamakan
keindahan bahasa dan kepadatan makna. Dengan puisi seorang penyair dapat
mengungkapkan ekspresi perasaannya. Keindahan bahasa dan kepadatan makna yang
dimiliki puisi terkadang membuat pembaca atau penikmat puisi mengalami
kesulitan dalam memahami dan menangkap makna yang terkandung dalam puisi
tersebut. Untuk dapat memahami dan menangkap makna di dalam puisi, pembaca
harus memiliki kepekaan batin dan daya kritis terhadap puisi tersebut.
Oleh karena itu, untuk memahami dan menangkap makna puisi pembaca perlu melakukan kajian atau analisis terhadap puisi tersebut. Dalam pengkajian puisi ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya dengan menggunakan pendekatan struktural.
Oleh karena itu, untuk memahami dan menangkap makna puisi pembaca perlu melakukan kajian atau analisis terhadap puisi tersebut. Dalam pengkajian puisi ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya dengan menggunakan pendekatan struktural.
Pendekatan
struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia. Sebuah karya sastra, puisi,
menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara
koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak, struktur karya
sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan
bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang
indah (Abrams, 1981:68 dalam Nurgiyantoro, 2007:36). Di pihak lain, struktur
karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik)
yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara
bersama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro,2007:36).
Secara rinci
dalam makalah ini akan dibahas dan di uraikan pengertian Formalisme serta Analisis
struktural puisi “Perahu Kertas” karya Sapardi Djoko Damono berdasarkan teori
Formalisme Rusia. Yang mana puisi-puisi Sapardi Djoko Damono terkenal dan
populer menggunakan kata-kata yang sederhana. Dalam menganalisis/mengkaji puisi
ini penulis fokus pembahasan pada struktur intrinsiknya saja, yaitu unsur
fisik/unsur lahir yang meliputi bunyi, kata, baris/larik, bait, tipografi dan
unsur lapis makna.
B. Pengertian Formalisme Rusia
Formalisme Rusia merupakan
sebutan bagi kelompok yang mengembangkan sebuah metode, yang disebut “metode
formal”. Formalisme Rusia lahir pada tahun 1914, diantar oleh esei Victor
Sklovskij yang diterbitkan di St. Petersburg. Eseinya tersebut dipandang
sebagai penghubung antara kaum Futuris dan kaum Formalisme Rusia.
Dalam ilmu
sastra, formalisme adalah teori yang digunakan untuk menganalisa karya sastra
yang mengutamakan bentuk dari karya sastra yang meliputi tehnik pengucapan
–meliputi ritma, rima, aquistik/bunyi, aliterasi, asonansi dsb, kata-kata
formal (formal words) dan bukan isi serta terbebas dari unsur luar seperti
sejarah, biografi, konteks budaya dsb sehingga sastra dapat berdiri sendiri
(otonom) sebagai sebuah ilmu dan terbebas dari pengaruh ilmu lainnya. Teori formalis
ini bertujuan untuk mengetahui keterpaduan unsur yang terdapat dalam karya
sastra tersebut sehingga dapat menjalin keutuhan bentuk dan isi dengan cara
meneliti unsur-unsur kesastraan, puitika, asosiasi, oposisi, dsb.
Menurut kaum
formalis, sifat kesastraan muncul sebagai akibat penyusunan dan penggubahan
bahan yang semula bersifat netral. Para pengarang menyulap teks-teks dengan
efek mengasingkan dan melepaskannya dari otomatisasi. Proses penyulapan oleh
pengarang ini disebut defamiliarisasi, yakni teknik membuat teks menjadi aneh dan asing. Istilah
defamiliarisasi dikemukakan oleh Sjklovski untuk menyebut teknik bercerita
dengan gaya bahasa yang menonjol dan menyimpang dari biasanya. Dalam proses
penikmatan atau pencerapan pembaca, efek deotomatisasi dirasakan sebagai
sesuatu yang aneh atau defamiliar. Proses defamiliarisasi itu mengubah
tanggapan kita terhadap dunia. Dengan teknik penyingkapan rahasia, pembaca
dapat meneliti dan memahami sarana-sarana (bahasa) yang dipergunakan pengarang. Teknik-teknik itu misalnya menunda, menyisipi, memperlambat, memperpanjang, atau mengulur-ulur
suatu kisah sehingga menarik perhatian karena tidak dapat ditanggapi secara
otomatis. Contoh : ketika ingin mengungkapkan “aku cinta padamu”, klausa
“aku cinta padamu” itu tidak diungkapkan secara langsung, tapi diungkapkan
dengan cara lain, misalnya, dengan ungkapan: “selalu, aku gemetar,
memekarkan ribuan kelopak mawar, ketika kutemukan telaga bening di kedua
matamu. maka biarkan aku tiba di jantungmu, hingga reda seluruh
demamku” cara ungkap semacam inilah yang dimaksud dengan memberi persepsi
baru: dari yang tadinya otomatis (ungkapan “aku cinta padamu”), menjadi tidak
otomatis; atau yang kemudian diistilahkan sebagai “deotomatisasi” itu.
Terhadap
puisi, kaum formalis menganggap bahwa puisi merupakan tindak bahasa
(tanda-tanda), bukan imaji atau emosi. Puisi juga dipandang sebagai sistem
sarana artinya karya sastra dipandang sebagai sistem tanda, lepas dari fungsi
referensial dan mimetiknya.Yang terpenting dalam puisi bagi kaum formalis
adalah sarana bunyi (rima, irama, matra, aliterasi, asonansi). Konsep dominant
menentukan ciri khas hasil sastra itu (rima dan irama) sehingga hal itu yang
seharusnya ditekankan.
C. Analisis Struktural Puisi “Perahu Kertas” karya Sapardi Djoko Damono
PERAHU KERTAS
Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas
dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang,
dan perahumu bergoyang menuju lautan.
“Ia akan singgah di Bandar-bandar besar,” kata seorang
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
berbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itu
kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah
Banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit”
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
berbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itu
kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah
Banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit”
Dari
puisi tersebut dapat dianalisis sebagai berikut;
1. Unsur Fisik/Unsur Lahir
a). Bunyi
Dalam puisi “Perahu Kertas” unsur fisik yang terlihat bahwa puisi tersebut
hanya terdiri dari dua bait. Bait pertama terdiri dari 3 baris sedangkan bait
ke-2 terdiri dari 8 baris. Puisi
tersebut berbeda dengan puisi yang lain karena biasanya puisi lain jumlah baris
dalam masing-masing bait sama. Apabila bait pertama terdiri dari tiga baris,
maka bait berikutnya terdiri dari baris yang sama. Selain itu juga, dalam puisi
tersebut terdapat rima dalam sekaligus asonansi pada bait pertama baris pertama
: Waktu masih kanak-kanak kau membuat
perahu kertas. Pada bait pertama baris ketiga terdapat rima dalam sekaligus
aliterasi : dan perahumu bergoyang menuju lautan.
b). Kata
Dalam puisi “Perahu
Kertas” terdapat kata depan dan imbuhan. Kata depan
tersebut terlihat mulai dari baris pertama sampai dengan baris terakhir,
meskipun pada baris ke-8 tidak terdapat kata depan maupun imbuhan.
Waktu masih kanak-kanak kau; me(m);buat perahu kertas.
dan kaulayarkan; (di); tepi kali; alirnya sangat tenang,
dan perahumu (ber);goyang me(n);tuju laut;(an).
“Ia akan singgah; (di);Bandar-bandar
besar,” kata seorang
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
;(ber);bagai gambar warna-warni; (di); kepala. Sejak itu
kau pun ;(me);nunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhir;(nya); kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam ;(se);buah
Banjir besar dan kini ;(ter);dampar ;(di); sebuah bukit”
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
;(ber);bagai gambar warna-warni; (di); kepala. Sejak itu
kau pun ;(me);nunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhir;(nya); kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam ;(se);buah
Banjir besar dan kini ;(ter);dampar ;(di); sebuah bukit”
“Ia akan singgah (di); Bandar-bandar besar,” kata seorang
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
(ber);bagai gambar warna-warni (di); kepala. Sejak itu
kau pun me(n);tunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah
Banjir besar dan kini (ter);dampar (di); sebuah bukit”
· Simbol atau Lambang
1). dan perahumu bergoyang menuju lautan : simbol alam
2). dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang : simbol alam
3). “Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan
kini terdengar di sebuah bukit” : simbol alam
· Majas
Ada penggunaan majas dalam puisi “Perahu Kertas”, yaitu pada bait pertama
baris pertama :
a) majas alusio : Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu
kertas.
b) majas metafora : “Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah
banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit” (mengandung makna ketulusan
dan keikhlasan lewat sikap seorang anak dan Nabi Nuh ketika menyelamatkan umat
manusia dari banjir besar).
c) majas personifikasi : dan perahumu
bergoyang menuju lautan. (Benda mati seolah-olah menyerupai manusia)
c). Baris/larik
Pada puisi “Perahu Kertas” mirip seperti prosa karena
pada awal kalimat menggunakan huruf capital dan menggunakan tanda baca.
d). Bait
Dalam satu
bait dengan bait yang lain tidak sama jumlah barisnya.
e). Tipografi
Puisi “Perahu Kertas” bentuknya mirip prosa, tepi kanan
tidak teratur, banyak menggunakan tanda baca, di awal kalimat menggunakan huruf
kapital dan di akhir kalimat menggunakan tanda titik seperti prosa.
2. Unsur lapis makna
a). Sense
Lewat puisi “Perahu Kertas” penyair menggambarkan tentang
ketuhanan yaitu ketulusan dan keikhlasan manusia dalam mengabdi kepada Tuhan.
Parafrase :
Sewaktu masih (kecil) kau membuat perahu dari kertas.
Perahu itu dilayarkan di tepi kali yang airnya sangat tenang. Angin
menggoyangkan perahu itu, lalu membawanya hingga ke laut lepas. Seorang
lelaki tua yang melihat perahu itu mengatakan bahwa perahu itu akan singgah di
pelabuhan-pelabuhan besar dan ramai. Kau lirik sangat gembira mendengar berita
itu. Dengan perasaan bahagia dan senang kau lirik pulang kerumahnya. Sejak saat
itu kau lirik selalu menunggu kabar tentang perahu yang selalu ada dalam ingatanya.
Akhirnya kau lirik mendengar juga kabar dari seseorang yang sangat tua, Nuh,
namanya. Kata lelaki tua itu, perahu itu sudah di pergunakan untuk
menyelamatkan manusia dan makhluk hidup lainnya dalam sebuah banjir besar.
Sekarang perahu itu terdampar di sebuah pulau
b). Subject matter
Puisi ini menggambarkan tentang perilaku manusia dalam
mengabdi/mencari ridho Allah di dunia dengan tulus dan ikhlas yang dalam puisi
ini tampak pada sikap seorang anak yang menunggu kabar dari perahu yang tak
pernah lepas dari rindunya itu.
c). Feeling
Sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran dalam puisi
tersebut adalah tulus dan ikhlas dalam mengabdikan dirinya kepada Tuhan.
d). Tone
Sikap penyair terhadap pembaca adalah masa bodoh yang
berarti tidak melibatkan pembaca. Hal itu terlihat dari semua bunyi pada puisi tersebut yang tidak
memperhatikan dan melibatkan pembaca.
e). Total of meaning
Masa kecil merupakan masa paling indah untuk di kenang.
Di waktu kecil manusia melakukan sesuatu sesuai dengan hati nurani tanpa di
pengaruhi unsur lain. Semua di lakukan dengan penuh keikhlasan& kepolosan.
Ketika dewasa, pasti mengalami kerinduan akan masa kecil yang penuh dengan
kegembiraan
Perahu kertas merupakan lambang pengapdian manusia kepada
Tuhan. Manusia melakukan sesuatu yang diperintahkan Tuhan, tapi belum tentu
semua yang dilakukan itu di terima oleh Tuhan, Semua tergantung niat. Ibarat
sebuah perahu yang berlayar di lautan lepas, angin dan gelombang sangat
menentukan sampai tidaknya perahu itu ketujuan.
Dalam puisi ini penyair berusaha menyampaikan bahwa
pengabdian manusia kepada Tuhan atau sesama haruslah seperti sikap seseorang
anak dalam puisi di atas, polos, ikhlas dan suci. Pengabdian yang di lakukan
harus dilandasi oleh niat yang tulus. Juga harus membersihkan diri dari napsu
duniawi.
Penyair juga menyertakan kisah-kisah masa lampau atau
cerita-cerita rakyat dalam puisi ini. Dalam perahu kertas kekhasan itu terdapat
dalam usaha penyair memasukkan kisah Nabi Nuh ketika menggunakan perahu untuk
menyelamatkan umat manusia dari banjir besar sebagai latar puisi.
D. Simpulan
Makna yang terkandung pada puisi yang
berjudul “Perahu Kertas” adalah pengabdian manusia kepada Tuhan harus
dilakukan dengan ketulusan dan keikhlasan. Pada puisi ini
pembaca seolah-olah diajak ke suatu tempat yaitu suatu perjalanan hidup
seseorang yang terasa sangat hidup. Sehingga bagi pembaca sangat cepat dapat
menangkap isi atau makna yang terkandung didalamnya. pendeskripsian melalui
penggunaan gaya bahasa dan pilihan kata yang lugas.
Daftar Pustaka
KS, Yuliono.
_____. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Angkasa: Bandung
Djoko, Rachmat Pradopo. 2003. Beberapa Teori
Sastra, Metode Kritik, Dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Damono, Sapardi
Djoko. 2005. Perahu Kertas. Grasindo: Yogyakarta
d susun oleh
Ahmad Khoiron Hamzah
Arista Ambarwati
Emiko Watanabe