Selasa, 07 Januari 2014

Analisis Kritik Historis



Novel Sang Pencerah dalam  Analisis Historis

A.    Pendahuluan
Pendekatan Historis menurut Ratna (2011;65)  pendekatan ini  menelusuri  arti dan makna bahasa sebagiaimana yang sudah tertulis, dipahami pada saat ditulis, oleh pengarang yang benar-benar menulis, dan sebaginya.  Sehingga pengarang sangat paham akan apa yang ditulisnya. Dalam hubungan ini perlu juga menghubungkannya dengan karya-karya lainnya. Pendekata Historis sangat mempertimbangakan relevansi karya sasra sebagai dokumentasi social. Dengan hakekat imajinasi karya sastra adalah wakil zamannya dan dengan demikian merupakan refleksi zamannya.
Pendekatan hitoris menonjol pada abad ke-19, dengan konsekkuensi karya sastra sebagai sarana untuk memahami aspek-aspek budaya yang luas. Dalam  hubungan inilah pendekatan historis pada umumnya dikaitkan dengan kompetensi sejarah umum yang dianggap relevan, sastra lama  dengan kerajaan-kerajaan besar, sastra modern dengan gerakan social, politik, ekonomi dan kebudayaan pada umumnya. Hakikat karya sastra adalah imajinasi yang memiliki konteks social dan sejarah.
Pendekatan historis mempertimbangan indicator sejarah dan sastra, adapun objek sasran pendekatan historis, diantaranya;1) perubahan karya sastra dengan bahasanya sebagai akibat proses penerbitan ulang. 2) fungsi dan tujuan karyapada saat diterbitkan.3) Kedudukan pengarang padasaat menulis. 4) karya satra sebagai wakil tradisi zamannya.


B.     Analisis Historis dalam  Novel  Sang Pencerah
a.        fungsi dan tujuan karyapada saat diterbitkan
Novel Sang Pencerah menceritakan riwayat hidup KH.Ahmad Dahlan. Perjuangan beliau dalam dakwah  patut menjadi teladan, kesabaran dan keistiqomahan tidak diragukan lagi. Beliau melakukan pembaruan dalam dunia Islam di Indonesia melalui organisasi yang bernama Muhammdiyah (1912), organisasi tertua yang kemudian disusul dengan berdirinya NU (Nahdatul Ulama) yang berdiri tahun 1926. Namun, ada hal–hal yang perlu diperhatikan, beberapa penyimpangan mengenai riwayat KH. Ahmad Dahlan pada novel tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk meluruskan beberapa penyimpangan dalam menulis riwayat KH. Ahmad Dahlan dalam novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral.

b.      Kedudukan pengarang pada saat menulis.
Akmal Nasery Basal sangant mengagumi KH. Ahmad Dahlan, Bagi Akmal  KH. Ahmad Dahlan dan muhammadiyah mempunyai pengaruh tersendiri dalam kehidupan, karena  Akmal pernah menamatkan pendidikan dasar di SD Muhammadiyah VI Tebet Timur , Jakarta Selatan. Karena itu penulis seakan  terbawa kembali pada pengalaman masa kecil ketika hidup dalam suasana kemuhammadiyahan,

c.        karya satra sebagai wakil tradisi zamannya.
            Sebelumnya, pada tahun 1883 sampai 1888 KH. Ahmad Dahlan pergi haji sekaligus belajar di Mekkah, beliau mempelajari buku-buku terbitan Mesir dan Irak selain dari terbitan Mekkah, dan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh, Jamaludin Al Afghani, Rasyid Ridha dan Imam Ibnu Taimiyah. Sepulangnya dari Mekkah pada kepergiannya yang pertama, KH. Ahmad Dahlan menikahi sepupunya sendiri, Walidah. KH. Ahmad Dahlan tidak pernah bertemu dengan Rasyid Ridho untuk pergi haji yang kedua kalinya (1902), dan hanya mempelajari pemikiran – pemikirannya, selama di Mekkah KH. Ahmad Dahlan bertemu dengan Muhammad Khatib Minangkabau, Nawawi Al Bantani, Kiyai Mas Abdullah Surabaya, Kiyai Faqih Gresik.
“Pergilah berhaji lagi Kiai Dahlan. Keraton yang akan membiayai. Perdalam lagi ilmu agama sekaligus menjalin hubungan dengan para ulama pembaru dari Mesir, Syria, Madinah, dan tempat-tempat lain. Saya dengar kiai berhubungan cukup dekat dengan para syaikh dari kalangan pembaru seperti Syaikh jamaluddin Al-Afghani dan Syaikh Muhammad Abduh?
“Insya Allah, Sinuwun.” Air muka Kiai Dahlan kini terlihat lebih cerah. Suara berat Sri Sultan
terdengar mengisi relung-relung kayu di ruangan itu. “Saya yakin kepergian Kiai Dahlan ke Tanah Suci setidaknya untuk sementara bisa meredam konflik yang telanjur besar saat ini di Kauman. Itu saja yang ingin saya sampaikan saat ini, Kiai.”[hal4]


            Biola yang dimiliki beliau seperti yang dikisahkan dalam novel, tidak ada dalam buku biografi atau mengenai sejarah Muhammadiyah bahwa beliau pernah memiliki alat musik biola. Di novel tersebut, KH. Ahmad Dahlan mencoba bahwa keislaman masyarakat saat itu masih dibumbui dengan mitos dan takhayul, sehingga membuat tidak jelas makna Islam yang disebutnya “agama yang membawa ketenangan dan keindahan bagi siapa saja”. Ketika ditanya mengenai apa keindahan dan ketenangan, KH. Ahmad    Dahlan hanya menyuruh muridnya memainkan biola dan meresapinya,.
Setelah acara ruwatan selesai, aku pergi ke rumah kakak iparku Kiai Haji Muhammad Saleh untuk belajar bahasa Arab. Menurut Bapak, kakak iparku itu adalah salah seorang kiai yang bahasa Arabnya sangat baik bukan hanya di Kauman, tapi juga di seluruh Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. “Pada waktu Bapak seumur Haji Saleh, kemampuan bahasa Arab Bapak belum sebaik dia/ ujar Bapak. Dan harus kuakui, apa yang Bapak katakan memang benar. Kalimat-kalimat dalam bahasa Arab mengalir begitu saja dari mulutnya seperti tak perlu dipikirkan lagi. Tetapi saat ini bukan topik bahasa Arab yang membuatku tertarik untuk berdiskusi.
“Kamu mau minum kopi, Wis? Biar nanti mbakyumu sekalian bikin,” ujarnya. “Tidak, terima kasih, Mas. Air putih saja,” jawabku. Aku mau tanya soal ruwatan.” “Ada apa dengan ruwatan?
“Aku tadi baru dari Masjid Gedhe, dan mengikuti semua persiapan ruwatan ini buat pertama kalinya. Kenapa, sih, Mas, Kiai Penghulu tadi menabur bunga melati dan beras di tiap pojokan masjid?
“Oh, itu hanya tradisi masyarakat saja, Wis. Tidak usah terlalu dipikirkan.”
“Maksudku apakah ruwatan sebelum bulan Ramadhan itu wajib hukumnya? Ada dalilnya?
Tidak wajib. Tetapi apa salahnya kita memasuki bulan suci dengan kondisi yang lebih bersih, bukan hanya diri kita sendiri, melainkan juga lingkungan kita. Terutama masjid tempat kita akan menghabiskan waktu lebih banyak di bulan Ramadhan?
“Maaf, ya, Mas. Tapi menurut saya ruwatan seperti ini mubazir saja, membuang-buang dana. Saya kira mestinya dana yang ada bisa digunakan untuk kebutuhan yang lebih bermanfaat, yang benar-benar membantu masyarakat. Apalagi jika menurut Mas tadi, ruwatan itu tidak wajib. Mengapa tidak ada keberatan dari para kiai?
“Darwis, namanya juga tradisi. Kalau tradisi ituft&flKtf tidak ada salahnya kita lanjutkan. Kalau itu kebiasaan buruk, maka harus kita hentikan secepatnya.
Tapi tetap saja aku merasakan itu mubazir, membuang-buang beras ketika masyarakat sedang susah karena harga beras naik.”
“Dalam kehidupan bermasyarakat, hal-hal seperti ini akan terjadi, Wis.” “Aku, kok, merasa kurang sreg, ya, Mas.”
Mas Saleh hanya tersenyum mendengar ketidak-puasanku. Ayo kita lanjutkan pelajaranmu. Sudah sampai mana?” katanya simpatik.
(hal.74-75.)
                       
            Pada kisah penghancuran Langgar Kidul, yang merupakan peninggalan ayah beliau–karena langgar tersebut langsung mengarah pada kiblat—dihancurkan dengan cara membabi buta dengan teriakan takbir dan kafir oleh yang tidak setuju dengan perubahan arah kiblat. Dalam buku Muhammadiyyah sebagai Gerakan Islam, dikatakan bahwa Penghulu KH. Muhammad Khalil Kamaludiningrat menyampaikan secara lisan agar membongkar suraunya (Langgar Kidul). KH. Ahmad Dahlan tidak bisa melaksanakan perintah tersebut, KH. Muhammad Khalil menyuruh 10 orang kuli dengan peralatan lengklap untuk membongkar. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1898. (Kamal : 2005)1
    ROMBONGAN suruhan Kiai Penghulu memasuki halaman Langgar Kidul. Sayup-sayup suara tadarus masih terdengar sebelum suara keras tiba-tiba terdengar menghentak. “Mana kiai kafir itu?!”

“Hei! Hati-hati kalau bicara,” suara Jazuli tak kalah membentak. ‘Tidak ada yang kafir di sini. Kalian yang seperti orang kafir karena masuk seenaknya ke tempat suci!” katanya emosional. Jamaah tadarusan yang lain menyingkir melihat kedatangan para tukang yang sudah tak bisa berlaku santun lagi di rumah Allah.

Awas minggir, kalau tidak mau cedera semua pada keluar,” ujar seseorang sambil memberikan isyarat kepada para tukang. “Mulai hancurkan! Secepatnya!”
Orang-orang itu pun langsung mengayunkan linggis, cangkul, martil, dan apa pun peralatan yang mereka bawa ke dinding Langgar Kidul. Benturan benda padat yang bertalu-talu di tengah malam itu menimbulkan efek magis aneh yang belum pernah didengar warga sebelumnya. Serpihan kayu yang pecah akibat dilinggis mulai beterbangan. Satu per satu bagian tembok runtuh, menimbulkan luka yang semakin besar di hati para santri. Daniel, Hisyam, Sangidu, dan para santri lain mulai menangis,
kecuali Jazuli yang melihat dengan tatapan benci tapi tak bisa berbuat apa-apa karena para pekerja itu dikawal oleh beberapa orang polisi Belanda.(Hal.244-245)

            Dalam novel tersebut KH. Ahmad Dahlan sangat dekat dengan Boedi Oetomo, bahkan mendapat dukungan untuk mendirikan organisasi yang bernama Muhammadiyah pada tahun 1912. Tidak hanya itu, pada kongres Boedi Oetomo diselenggarakan di rumah KH. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan tidak hanya aktif di organisasi tersebut, tetapi juga ada Jam’iyatul Khair, Syarikat Islam (SI), Tahun 1909 – 1912 KH. Ahmad Dahlan bergabung dengan Boedi Oetomo, kemudian menarik diri dari Boedi Oetomo dan mendirikan organisasi Muhammadiyah yang berdiri pada tanggal 18 November 1912.
PERTEMUAN pertama perkumpulan Budi Utomo yang berlangsung di rumah dr. Wahidin Sudirohusodo di Ketandan berlangsung ramai. Mas Wahidin memper-kenalkanku kepada hadirin. “Kawan-kawan seperjuangan, saya perkenalkan Kiai Ahmad Dahlan, salah seorang kiai Kauman yang namanya saya yakin sudah pernah kita dengar, namun mungkin baru sedikit dari kita di sini yang pernah bertemu langsung dengan beliau,” katanya sambil memberikan isyarat agar aku memperkenalkan diri.(hal 330)

“Belajar itu bisa di mana saja, Sudja,” jawabku. Yang penting kunci belajar itu harus berpikiran terbuka dan berprasangka baik kepada siapa pun. Ketika Allah menurunkan wahyu pertama kepada Kanjeng Nabi Muhammad Iqro’, bacalah, maka suruhan untuk membaca itu adalah perintah untuk belajar, memperhatikan, melihat dengan teliti. Apa yang harus kita baca, pelajari, perhatikan, dan lihat dengan teliti? Apa saja, khususnya yang ada di dekat kita, apa yang ada di alam, apa yang ada di kitab. Apa yang ada di kalangan Muslim, apa yang ada di kalangan kafir. Tapi soal Budi Utomo, jangan dengan gampang kamu sebut itu kelompok kafir, Sudja. Bahkan sesungguhnya kita harus sangat hati- hati dalam menggunakan kata itu ketika menunjuk orang lain.”(hal 344)

                        .
            Setelah mendirikan Muhammadiyah, pada tanggal 20 Desember 1912 KH. Ahmad Dahlan mengajukkan permohonan kepada Hindia Belanda agar organiasasi Muhammdiyah berbadan hukum, namun baru dipenuhi oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1914. Izin tersebut hanya berlaku dan bergerak untuk di daerah Yogyakarta, ada kekhawatiran dari pemerintah Belanda dengan adanya organisasi Muhammadiyah, sehingga kegiatan – kegiatannya dibatasi. Ruang gerak dibatasi tidak menghalagi pergerakan Muhammadiyah, bahkan bertambah menyebar ke Srandakan, Wonogiri dan Imogiri. Ini sangat bertentangan dengan pemerintah Hindia Belada, KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menggunakan nama lain untuk cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta. Nurul Islam di Pekalongan, Al Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut, Sidiq Amanah Tabligh Fatanah (SATF) di Solo yang mendapat pimpinan Muhammdiyah. Pada tanggal 1917, KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi kewanitaan Muhammadiyah yang bernama Aisyiyah.2

AKHIRNYA pada 12 November 1912 sekitar 30 orang muridku dari berbagai umur berkumpul. Sangidu duduk di samping kananku, sedangkan Sudja di sebelah kiriku. “Muhammadiyah ini bukan untuk kita sendiri, tapi untuk orang banyak,” ujarku. Hidup ini singkat dan hanya sekali, manfaatkan tidak hanya untuk kepentingan sendiri. Allah beserta orang-orang yang peduli. Insya Allah usaha kita ini akan diridhai.”

“Insya Allah,jawab mereka berbarengan.

“Sekalipun surat izin berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah ini belum keluar, tapi hari ini saya tetapkan sebagai hari lahir Muhammadiyah,” kataku sambil mengucapkan ayat terakhir dari Surah Al Fatihah, ihdinash shiratal mustaqim, shiratal ladzina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhubi ‘alaihim, waladh dhallin (Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau laknat dan bukan juga jalan orang-orang yang sesat).

“Aaamiiin!” jawab para hadirin bersamaan.

“Allahu Akbar!” pekik Fahrudin dengan nada gembira. Allahu Akbar!” sahut yang lain bersahutan. Dari jauh, terdengar sesayup suara beduk magrib dari Masjid Gedhe Kauman yang menandakan waktu magrib sudah masuk.

Ayo, kita shalat magrib di Masjid Gedhe,” ujarku disambut tatapan heran para murid seniorku yang sudah lama tak mendengarkan kata-kata semacam itu keluar dari mulutku. Akhirnya, rombongan kami yang cukup besar dengan bersemangat berjalan menuju Masjid Gedhe, dan mendapatkan banyak tatapan dari orang-orang yang berpapasan dengan kami. (hal.450-451)

            Melalui novel Sang Pencerah ini mudah – mudahan bisa menambah wawasan masyarakat tentang sosok KH. Ahmad Dahlan dan pergerakan dakwah beliau. Akan lebih baik jika menyajikannya dengan meluruskan sejarah di Indonesia, karena sejarah Islam di Indonesia sudah banyak yang didistorsi. Jadikan sejarah Islam di Indonesia ini benar – benar objektif, bukan subjektif.

C.      Daftar Referen
Basral, Akmal Nasery. 2010. Sang Pencerah. Jakarta: Mizan Pustaka.
Teeuw,A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya- Giri Mukti Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

 Disusun oleh: Novita Rahayu, Angga Priandi, Danar Takdir Suprayogi

5 komentar:

  1. saya suka filmnya, wlopun kayaknya terlalu singkat untuk mengangkat tokohnya sndiri

    BalasHapus
  2. tokoh yg luar biasa dalam hal merealisasikan pemikirannya

    BalasHapus
  3. banyak yang terinspirasi.. tapi tidak banyak yg mampu bertindak

    BalasHapus
  4. kisah yang menarik dan inspiratif.. bnyak yg perlu ditiru

    BalasHapus