ANALISIS
BERDASARKAN KONSEP IMPRESSIONISTIC
CRITICISM
DALAM
CERPEN IMPIAN PERAWAN KARYA NUGROHO
SUKSMANTO
A.
Pengantar
Menurut Abrams
(1981: 35), kritik impressionistik adalah kritik sastra yang berusaha dengan
kata-kata menggambarkan sifat-sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau
dalam sebuah karya sastra, dan mengekspresikan tanggapan-tanggapan (impresi)
kritikus yang ditimbulkan secara langsung oleh karya sastra tersebut. Sedangkan
menurut Ellot (1960: 3-4), bahwa kritik impresionstik disebut juga sebagai
kritik yang estetik. Kritik yang menunjukkan kesan-kesannya atas suatu objek
dan dan ia memberikan tafsiran untuk mengagumkan pembaca, untuk menimbulkan
kesan-kesan indah kepada pembaca. Jadi, dalam kritik ini kritikus menguraikan
kesan-kesannya yang pokok-pokok terhadap suatu karya sastra yang kadang
bersifat subjektif.
Cerpen
Impian Perawan karya Nugroho
Suksmanto merupakan gambaran kehidupan di era modern seperti sekarang ini, yang
mengenyampingkan akan pentingnya keperawanan. Di era sekarang ini, seorang
perempuan yang mempunyai pendirian kuat untuk mempertahankan keperawanan sangat
sulit kita temui, bahkan dalam beberapa survey yang pernah dilakukan oleh
lembaga-lembaga sosial menyebutkan bahwa lebih dari 90% perempuan di Indonesia
banyak yang sudah tidak perawan lagi. Hal ini berseberangan dengan karakter dan
pendirian yang dimiliki oleh sosok Maria pada cerpen Impian Perawan. Maria yang digambarkan sosok modern berpendidikan
tinggi dan seorang aktivis masih kukuh pendirian untuk mempertahankan
keperawanannya. Hal inilah yang menarik bagi kami sehingga kami menganalisis
cerpen Impian Perawan dengan
konsep impressionisme.
B.
Pembahasan
Dalam
kesempatan ini, selanjutnya penulis sekaligus pembaca akan mencoba menguraikan
dan memaparkan temuannya sehubungan dengan konsep kritik impressionism pada
cerpen Impian Perawan karya Nugroho
Suksmanto sebagai berikut:
Membaca
cerpen Impian Perawan karya Nugroho
Suksmanto ini seolah-olah kita disuguhi sebuah kejadian yang nyata hadir
dihadapan kita. Seorang tokoh wanita yaitu Maria yang dengan gigih
mempertahankan sikapnya. Maria menjaga keperawannannya jangan sampai hilang
sebelum menikah, meskipun sang pacar yang bernama Mario selalu meminta untuk
melakukan hubungan intim. Tekadnya setegar imannya, yang tak akan pernah goyah
oleh paksaan, apalagi hanya rayuan untuk menyerahkan tubuhnya. Pada suatu
ketika Mario berkenalan dengan seorang perempuan yang bernama Wieda. Wieda
adalah teman dari Mario. Dari perkenalan tersebut akhirnya, terjalinlah hubungan
diantara mereka sampai berlanjut ke hubungan intim. Keduanya melakukan hubungan
intim di mobil dan berakhir menyedihkan, keduanya kedapatan meninggal dalam
keadaan setengah telanjang di mobil belakang Villa Tarantula Anyer.
Secara
garis besar menurut pembaca, dalam cerpen ini pengarang sangat mahir mendeskripsikan
perasaan cinta dan luapan kasih yang dirangkai dengan bahasa keindahan.
Pengarang memaparkan cerita pada tahap-tahap awal sampai pertengahan cerita
menunjukkan hal-hal yang bersifat romantis dan bahagia.
“Hujan
makin deras mengguyur. Diterpa angina
malam bertualang, percikan air ikut menabur kedinginan. Imbasnya menjalar,
menelusuri seluruh relung gedung. Gigil terasa merasuki tulang, setelah
menembus pembungkus badan yang tak dipersipakan menghadang. Tetapi kehangatan
kopi yang disajikan Maria, dan diseruput berdua, membuat ereksi otot-otot dan
mengejakulasi saraf-saraf kelemahan mereka. Mungkin kerinduan juga menjadi
unsur stimulant, hingga mereka tetap bertahan, asyik bercengkerama tanpa merasa
tersiksa. (Impian Perawan, 2009:3)
Keromantisan
dan kebahagiaan yang ditampilkan penulis hanya berhenti sampai pertengahan
cerita. Sedangkan ending cerita penuh tanda tanya dan tidak sesuai dengan
cerita-cerita yang selama ini pembaca baca. Karena secara lazim sebuah cerpen,
biasanya alur cerita dan endingnya dari awal sampai akhir sesuai dengan
perkiraan pembaca.
Perasaan
cinta antara Maria dan Mario begitu hidup digambarkan oleh penulis. Penulis
seakan-akan mengajak pembaca untuk terjun ke dunia yang diciptakan penulis.
Pembaca disuguhi nuansa baru percintaan anak manusia yang masih mengedepankan
prinsip dan pendirian. Dalam hal ini, Maria tetap kokoh pada pendiriannya dalam
mempertahankan keperawanan disaat sang pacar Mario merayu untuk melakukan hubungan
intim. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“Jangan, Mario!”
“kenapa?”
“Aku masih
bermimpi menikmati hikmatnya perkawinan,”
jawab
Maria, sambil tangannya menopang dada Mario yang lapang.(Impian Perawan, 2009:
5)
Unsur
kebahasaan penulis dalam memaparkan cerita menggunakan pilihan kata yang mampu
membangkitkan gairah dan semangat pembaca untuk menikmati cerita yang
dihadirkan. Pilihan kata dirangkai begitu indah sehingga unsur erotis dalam
cerita tersebut mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi cerpen ini, hal ini
dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“gelinjang
lengan Maria membuat Mario tertantang. Rasanya semua organ tubuhnya mengeras.
Nafasnya mulai tersengal seakan mendaki, memaksa kejantanannya untuk segera dia
buktikan.” (Impian Perawan, 2009: 5)
Unsur impressionisme yang paling nampak dalam cerpen ini
ketika penulis memaparkan bahwa Maria telah jatuh cinta pada Mario sudah sekian
jauh dari awal cerita, secara tiba-tiba penulis paparkan secara implisit
hubungan Mario dengan Wieda di akhir cerita. Akhirnya pembaca merasa tidak
sesuai dengan harapan dan prediksinya semula. Sedangkan hal yang menjadi
misterius atau tanda tanya bagi pembaca sebagai berikut:
Diketemukan
dalam keadaan tidak beryawa, dalam mobil ditenpat duduk belakang, yang sedang
parker di sebelah Villa Tarantula, Anyer. Manyat wanita menggenakan rok ketat
tanpa celana dalam sementara manyat pria dengan
celana panjang blue jean yang terperosot sampai ke lutut. Didapati
ceceran cairan kental dipakaian kedua jenazah dan diatas jok mobil. Pria
berinisial MR, wanita berinisial WD. (Impian Perawan, 2009: 9)
Dari kutipan diatas, penulis menyuguhkan
suatu fenomena yang sangat tiba-tiba berdasarkan alur yang telah dibuat
sebelumnya. Dimana dari awal cerita penulis membuat alur yang begitu rapi dan
terarah sedangkan diakhir cerita penulis mengakhiri dengan cara yang sangat
berlawanan dan rupanya memang disengaja akhir cerita tidak jelas. Hal ini
terlihat pada tokoh Maria setelah ia ditinggal pacarnya meninggal dunia ia
terpesona oleh seorang laki-laki yang menyapanya sebagai seorang peliput
berita. Dari sini kelanjutan cerita tidak bisa diketahui lagi oleh pembaca dan
ending cerita mengambang tidak jelas, memang dicuplikan diparagraf sudah
digambarkan penulis bahwa Maria telah menyesal demi mempertahankan
keparawanannya dan hanya menjadi impian menikah dengan Mario.
C.
Penutup
Bahwa cerpen Impian Perawan ini menggambarkan kisah
seorang gadis yang sangat memegang teguh prinsipnya untuk tidak kehilangan
keperawanannya sebelum menikah secara resmi. Hal-hal yang mendukung cerita
seperti alur dan bahasa yang dipakai penulis inilah yang secara implisit
menurut pembaca menjadi sebuah kekuatan tersendiri dari karya ini dan ini
menurut pembaca letak estetika dan kelebihan dari cerpen ini.
di susun oleh Emiko Watanabe dkk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar