Selasa, 07 Januari 2014

IMPRESSIONISTIC CRITICISM


ANALISIS BERDASARKAN KONSEP IMPRESSIONISTIC CRITICISM DALAM CERPEN IMPIAN PERAWAN KARYA NUGROHO SUKSMANTO

A.    Pengantar
Menurut Abrams (1981: 35), kritik impressionistik adalah kritik sastra yang berusaha dengan kata-kata menggambarkan sifat-sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau dalam sebuah karya sastra, dan mengekspresikan tanggapan-tanggapan (impresi) kritikus yang ditimbulkan secara langsung oleh karya sastra tersebut. Sedangkan menurut Ellot (1960: 3-4), bahwa kritik impresionstik disebut juga sebagai kritik yang estetik. Kritik yang menunjukkan kesan-kesannya atas suatu objek dan dan ia memberikan tafsiran untuk mengagumkan pembaca, untuk menimbulkan kesan-kesan indah kepada pembaca. Jadi, dalam kritik ini kritikus menguraikan kesan-kesannya yang pokok-pokok terhadap suatu karya sastra yang kadang bersifat subjektif.
Cerpen Impian Perawan karya Nugroho Suksmanto merupakan gambaran kehidupan di era modern seperti sekarang ini, yang mengenyampingkan akan pentingnya keperawanan. Di era sekarang ini, seorang perempuan yang mempunyai pendirian kuat untuk mempertahankan keperawanan sangat sulit kita temui, bahkan dalam beberapa survey yang pernah dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial menyebutkan bahwa lebih dari 90% perempuan di Indonesia banyak yang sudah tidak perawan lagi. Hal ini berseberangan dengan karakter dan pendirian yang dimiliki oleh sosok Maria pada cerpen Impian Perawan. Maria yang digambarkan sosok modern berpendidikan tinggi dan seorang aktivis masih kukuh pendirian untuk mempertahankan keperawanannya. Hal inilah yang menarik bagi kami sehingga kami menganalisis cerpen Impian Perawan  dengan konsep impressionisme.  

B.     Pembahasan
Dalam kesempatan ini, selanjutnya penulis sekaligus pembaca akan mencoba menguraikan dan memaparkan temuannya sehubungan dengan konsep kritik impressionism pada cerpen Impian Perawan karya Nugroho Suksmanto sebagai berikut:
Membaca cerpen Impian Perawan karya Nugroho Suksmanto ini seolah-olah kita disuguhi sebuah kejadian yang nyata hadir dihadapan kita. Seorang tokoh wanita yaitu Maria yang dengan gigih mempertahankan sikapnya. Maria menjaga keperawannannya jangan sampai hilang sebelum menikah, meskipun sang pacar yang bernama Mario selalu meminta untuk melakukan hubungan intim. Tekadnya setegar imannya, yang tak akan pernah goyah oleh paksaan, apalagi hanya rayuan untuk menyerahkan tubuhnya. Pada suatu ketika Mario berkenalan dengan seorang perempuan yang bernama Wieda. Wieda adalah teman dari Mario. Dari perkenalan tersebut akhirnya, terjalinlah hubungan diantara mereka sampai berlanjut ke hubungan intim. Keduanya melakukan hubungan intim di mobil dan berakhir menyedihkan, keduanya kedapatan meninggal dalam keadaan setengah telanjang di mobil belakang Villa Tarantula Anyer.
Secara garis besar menurut pembaca, dalam cerpen ini pengarang sangat mahir mendeskripsikan perasaan cinta dan luapan kasih yang dirangkai dengan bahasa keindahan. Pengarang memaparkan cerita pada tahap-tahap awal sampai pertengahan cerita menunjukkan hal-hal yang bersifat romantis dan bahagia.
“Hujan  makin deras mengguyur. Diterpa angina malam bertualang, percikan air ikut menabur kedinginan. Imbasnya menjalar, menelusuri seluruh relung gedung. Gigil terasa merasuki tulang, setelah menembus pembungkus badan yang tak dipersipakan menghadang. Tetapi kehangatan kopi yang disajikan Maria, dan diseruput berdua, membuat ereksi otot-otot dan mengejakulasi saraf-saraf kelemahan mereka. Mungkin kerinduan juga menjadi unsur stimulant, hingga mereka tetap bertahan, asyik bercengkerama tanpa merasa tersiksa. (Impian Perawan, 2009:3)

Keromantisan dan kebahagiaan yang ditampilkan penulis hanya berhenti sampai pertengahan cerita. Sedangkan ending cerita penuh tanda tanya dan tidak sesuai dengan cerita-cerita yang selama ini pembaca baca. Karena secara lazim sebuah cerpen, biasanya alur cerita dan endingnya dari awal sampai akhir sesuai dengan perkiraan pembaca.
Perasaan cinta antara Maria dan Mario begitu hidup digambarkan oleh penulis. Penulis seakan-akan mengajak pembaca untuk terjun ke dunia yang diciptakan penulis. Pembaca disuguhi nuansa baru percintaan anak manusia yang masih mengedepankan prinsip dan pendirian. Dalam hal ini, Maria tetap kokoh pada pendiriannya dalam mempertahankan keperawanan disaat sang pacar Mario merayu untuk melakukan hubungan intim. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“Jangan, Mario!”
“kenapa?”
“Aku masih bermimpi menikmati hikmatnya perkawinan,”
jawab Maria, sambil tangannya menopang dada Mario yang lapang.(Impian Perawan, 2009: 5)

Unsur kebahasaan penulis dalam memaparkan cerita menggunakan pilihan kata yang mampu membangkitkan gairah dan semangat pembaca untuk menikmati cerita yang dihadirkan. Pilihan kata dirangkai begitu indah sehingga unsur erotis dalam cerita tersebut mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi cerpen ini, hal ini dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:
“gelinjang lengan Maria membuat Mario tertantang. Rasanya semua organ tubuhnya mengeras. Nafasnya mulai tersengal seakan mendaki, memaksa kejantanannya untuk segera dia buktikan.” (Impian Perawan, 2009: 5)

            Unsur impressionisme yang paling nampak dalam cerpen ini ketika penulis memaparkan bahwa Maria telah jatuh cinta pada Mario sudah sekian jauh dari awal cerita, secara tiba-tiba penulis paparkan secara implisit hubungan Mario dengan Wieda di akhir cerita. Akhirnya pembaca merasa tidak sesuai dengan harapan dan prediksinya semula. Sedangkan hal yang menjadi misterius atau tanda tanya bagi pembaca sebagai berikut:
Diketemukan dalam keadaan tidak beryawa, dalam mobil ditenpat duduk belakang, yang sedang parker di sebelah Villa Tarantula, Anyer. Manyat wanita menggenakan rok ketat tanpa celana dalam sementara manyat pria dengan  celana panjang blue jean yang terperosot sampai ke lutut. Didapati ceceran cairan kental dipakaian kedua jenazah dan diatas jok mobil. Pria berinisial MR, wanita berinisial WD. (Impian Perawan, 2009: 9)

Dari kutipan diatas, penulis menyuguhkan suatu fenomena yang sangat tiba-tiba berdasarkan alur yang telah dibuat sebelumnya. Dimana dari awal cerita penulis membuat alur yang begitu rapi dan terarah sedangkan diakhir cerita penulis mengakhiri dengan cara yang sangat berlawanan dan rupanya memang disengaja akhir cerita tidak jelas. Hal ini terlihat pada tokoh Maria setelah ia ditinggal pacarnya meninggal dunia ia terpesona oleh seorang laki-laki yang menyapanya sebagai seorang peliput berita. Dari sini kelanjutan cerita tidak bisa diketahui lagi oleh pembaca dan ending cerita mengambang tidak jelas, memang dicuplikan diparagraf sudah digambarkan penulis bahwa Maria telah menyesal demi mempertahankan keparawanannya dan hanya menjadi impian menikah dengan Mario.


C.    Penutup

Bahwa cerpen Impian Perawan ini menggambarkan kisah seorang gadis yang sangat memegang teguh prinsipnya untuk tidak kehilangan keperawanannya sebelum menikah secara resmi. Hal-hal yang mendukung cerita seperti alur dan bahasa yang dipakai penulis inilah yang secara implisit menurut pembaca menjadi sebuah kekuatan tersendiri dari karya ini dan ini menurut pembaca letak estetika dan kelebihan dari cerpen ini.


di susun oleh Emiko Watanabe dkk. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar