Selasa, 07 Januari 2014

TEORI FORMALISME RUSIA


ANALISIS PUISI “PERAHU KERTAS” KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO BERDASARKAN TEORI FORMALISME RUSIA


A.    Pendahuluan
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang penyajiannya sangat mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna. Dengan puisi seorang penyair dapat mengungkapkan ekspresi perasaannya. Keindahan bahasa dan kepadatan makna yang dimiliki puisi terkadang membuat pembaca atau penikmat puisi mengalami kesulitan dalam memahami dan menangkap makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Untuk dapat memahami dan menangkap makna di dalam puisi, pembaca harus memiliki kepekaan batin dan daya kritis terhadap puisi tersebut.
Oleh karena itu, untuk memahami dan menangkap makna puisi pembaca perlu melakukan kajian atau analisis terhadap puisi tersebut. Dalam pengkajian puisi ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya dengan menggunakan pendekatan struktural.
 Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia. Sebuah karya sastra, puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams, 1981:68 dalam Nurgiyantoro, 2007:36). Di pihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro,2007:36).
Secara rinci dalam makalah ini akan dibahas dan di uraikan pengertian Formalisme serta Analisis struktural puisi “Perahu Kertas” karya Sapardi Djoko Damono berdasarkan teori Formalisme Rusia. Yang mana puisi-puisi Sapardi Djoko Damono terkenal dan populer menggunakan kata-kata yang sederhana. Dalam menganalisis/mengkaji puisi ini penulis fokus pembahasan pada struktur intrinsiknya saja, yaitu unsur fisik/unsur lahir yang meliputi bunyi, kata, baris/larik, bait, tipografi dan unsur lapis makna.



B.     Pengertian Formalisme Rusia

Formalisme Rusia merupakan sebutan bagi kelompok yang mengembangkan sebuah metode, yang disebut “metode formal”. Formalisme Rusia lahir pada tahun 1914, diantar oleh esei Victor Sklovskij yang diterbitkan di St. Petersburg. Eseinya tersebut dipandang sebagai penghubung antara kaum Futuris dan kaum Formalisme Rusia.
Dalam ilmu sastra, formalisme adalah teori yang digunakan untuk menganalisa karya sastra yang mengutamakan bentuk dari karya sastra yang meliputi tehnik pengucapan –meliputi ritma, rima, aquistik/bunyi, aliterasi, asonansi dsb, kata-kata formal (formal words) dan bukan isi serta terbebas dari unsur luar seperti sejarah, biografi, konteks budaya dsb sehingga sastra dapat berdiri sendiri (otonom) sebagai sebuah ilmu dan terbebas dari pengaruh ilmu lainnya. Teori formalis ini bertujuan untuk mengetahui keterpaduan unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut sehingga dapat menjalin keutuhan bentuk dan isi dengan cara meneliti unsur-unsur kesastraan, puitika, asosiasi, oposisi, dsb.
Menurut kaum formalis, sifat kesastraan muncul sebagai akibat penyusunan dan penggubahan bahan yang semula bersifat netral. Para pengarang menyulap teks-teks dengan efek mengasingkan dan melepaskannya dari otomatisasi. Proses penyulapan oleh pengarang ini disebut defamiliarisasi, yakni teknik membuat teks  menjadi aneh dan asing. Istilah defamiliarisasi dikemukakan oleh Sjklovski untuk menyebut teknik bercerita dengan gaya bahasa yang menonjol dan menyimpang dari biasanya. Dalam proses penikmatan atau pencerapan pembaca, efek deotomatisasi dirasakan sebagai sesuatu yang aneh atau defamiliar. Proses defamiliarisasi itu mengubah tanggapan kita terhadap dunia. Dengan teknik penyingkapan rahasia, pembaca dapat meneliti dan memahami sarana-sarana (bahasa) yang dipergunakan pengarang. Teknik-teknik itu misalnya menunda, menyisipi, memperlambat,  memperpanjang, atau mengulur-ulur suatu kisah sehingga menarik perhatian karena tidak dapat ditanggapi secara otomatis. Contoh : ketika ingin mengungkapkan “aku cinta padamu”, klausa “aku cinta padamu” itu tidak diungkapkan secara langsung, tapi diungkapkan dengan cara lain, misalnya, dengan ungkapan: “selalu, aku gemetar, memekarkan ribuan kelopak mawar, ketika kutemukan telaga bening di kedua matamu. maka biarkan aku tiba di jantungmu, hingga reda seluruh demamku” cara ungkap semacam inilah yang dimaksud dengan memberi persepsi baru: dari yang tadinya otomatis (ungkapan “aku cinta padamu”), menjadi tidak otomatis; atau yang kemudian diistilahkan sebagai “deotomatisasi” itu.
Terhadap puisi, kaum formalis menganggap bahwa puisi merupakan tindak bahasa (tanda-tanda), bukan imaji atau emosi. Puisi juga dipandang sebagai sistem sarana artinya karya sastra dipandang sebagai sistem tanda, lepas dari fungsi referensial dan mimetiknya.Yang terpenting dalam puisi bagi kaum formalis adalah sarana bunyi (rima, irama, matra, aliterasi, asonansi). Konsep dominant menentukan ciri khas hasil sastra itu (rima dan irama) sehingga hal itu yang seharusnya ditekankan.
C.    Analisis Struktural Puisi “Perahu Kertas” karya Sapardi Djoko Damono

PERAHU KERTAS

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas
dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang,
dan perahumu bergoyang menuju lautan.

“Ia akan singgah di Bandar-bandar besar,” kata seorang
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
berbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itu
kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah
Banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit”

Dari puisi tersebut dapat dianalisis sebagai berikut;
1.      Unsur Fisik/Unsur Lahir
a). Bunyi
Dalam puisi “Perahu Kertas” unsur fisik yang terlihat bahwa puisi tersebut hanya terdiri dari dua bait. Bait pertama terdiri dari 3 baris sedangkan bait ke-2 terdiri dari 8  baris. Puisi tersebut berbeda dengan puisi yang lain karena biasanya puisi lain jumlah baris dalam masing-masing bait sama. Apabila bait pertama terdiri dari tiga baris, maka bait berikutnya terdiri dari baris yang sama. Selain itu juga, dalam puisi tersebut terdapat rima dalam sekaligus asonansi pada bait pertama baris pertama : Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas. Pada bait pertama baris ketiga terdapat rima dalam sekaligus aliterasi : dan perahumu bergoyang menuju lautan.

b). Kata
 Dalam puisi “Perahu Kertas” terdapat  kata depan dan imbuhan. Kata depan tersebut terlihat mulai dari baris pertama sampai dengan baris terakhir, meskipun pada baris ke-8 tidak terdapat kata depan maupun imbuhan.
Waktu masih kanak-kanak kau; me(m);buat perahu kertas.
dan kaulayarkan; (di); tepi kali; alirnya sangat tenang,
dan perahumu (ber);goyang me(n);tuju laut;(an).
“Ia akan singgah; (di);Bandar-bandar besar,” kata seorang
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
;(ber);bagai gambar warna-warni; (di); kepala. Sejak itu
kau pun ;(me);nunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhir;(nya); kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam ;(se);buah
Banjir besar dan kini ;(ter);dampar ;(di); sebuah bukit”

“Ia akan singgah (di); Bandar-bandar besar,” kata seorang
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
(ber);bagai gambar warna-warni (di); kepala. Sejak itu
kau pun me(n);tunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah
Banjir besar dan kini (ter);dampar (di); sebuah bukit”

·      Simbol atau Lambang
1). dan perahumu bergoyang menuju lautan : simbol alam
2). dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang : simbol alam
3). “Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdengar di sebuah bukit” : simbol alam


·     Majas
Ada penggunaan majas dalam puisi “Perahu Kertas”, yaitu pada bait pertama baris pertama :
a)  majas alusio : Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas.
b) majas metafora : “Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit” (mengandung makna ketulusan dan keikhlasan lewat sikap seorang anak dan Nabi Nuh ketika menyelamatkan umat manusia dari banjir besar).
     c) majas personifikasi : dan perahumu bergoyang menuju lautan. (Benda mati seolah-olah menyerupai manusia)


c). Baris/larik
Pada puisi “Perahu Kertas” mirip seperti prosa karena pada awal kalimat menggunakan huruf capital dan menggunakan tanda baca.

d). Bait
Dalam satu bait dengan bait yang lain tidak sama jumlah barisnya.

e). Tipografi
Puisi “Perahu Kertas” bentuknya mirip prosa, tepi kanan tidak teratur, banyak menggunakan tanda baca, di awal kalimat menggunakan huruf kapital dan di akhir kalimat menggunakan tanda titik seperti prosa.

2.  Unsur lapis makna
a). Sense
Lewat puisi “Perahu Kertas” penyair menggambarkan tentang ketuhanan yaitu ketulusan dan keikhlasan manusia dalam mengabdi kepada Tuhan.
Parafrase :
Sewaktu masih (kecil) kau membuat perahu dari kertas. Perahu itu dilayarkan di tepi kali yang airnya sangat tenang. Angin menggoyangkan perahu itu, lalu membawanya hingga ke laut lepas. Seorang lelaki tua yang melihat perahu itu mengatakan bahwa perahu itu akan singgah di pelabuhan-pelabuhan besar dan ramai. Kau lirik sangat gembira mendengar berita itu. Dengan perasaan bahagia dan senang kau lirik pulang kerumahnya. Sejak saat itu kau lirik selalu menunggu kabar tentang perahu yang selalu ada dalam ingatanya. Akhirnya kau lirik mendengar juga kabar dari seseorang yang sangat tua, Nuh, namanya. Kata lelaki tua itu, perahu itu sudah di pergunakan untuk menyelamatkan manusia dan makhluk hidup lainnya dalam sebuah banjir besar. Sekarang perahu itu terdampar di sebuah pulau
b). Subject matter
Puisi ini menggambarkan tentang perilaku manusia dalam mengabdi/mencari ridho Allah di dunia dengan tulus dan ikhlas yang dalam puisi ini tampak pada sikap seorang anak yang menunggu kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindunya itu.

c). Feeling
Sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran dalam puisi tersebut adalah tulus dan ikhlas dalam mengabdikan dirinya kepada Tuhan.

d). Tone
Sikap penyair terhadap pembaca adalah masa bodoh yang berarti tidak melibatkan pembaca. Hal itu terlihat dari  semua bunyi pada puisi tersebut yang tidak memperhatikan dan melibatkan pembaca.

e). Total of meaning
Masa kecil merupakan masa paling indah untuk di kenang. Di waktu kecil manusia melakukan sesuatu sesuai dengan hati nurani tanpa di pengaruhi unsur lain. Semua di lakukan dengan penuh keikhlasan& kepolosan. Ketika dewasa, pasti mengalami kerinduan akan masa kecil yang penuh dengan kegembiraan
Perahu kertas merupakan lambang pengapdian manusia kepada Tuhan. Manusia melakukan sesuatu yang diperintahkan Tuhan, tapi belum tentu semua yang dilakukan itu di terima oleh Tuhan, Semua tergantung niat. Ibarat sebuah perahu yang berlayar di lautan lepas, angin dan gelombang sangat menentukan sampai tidaknya perahu itu ketujuan.
Dalam puisi ini penyair berusaha menyampaikan bahwa pengabdian manusia kepada Tuhan atau sesama haruslah seperti sikap seseorang anak dalam puisi di atas, polos, ikhlas dan suci. Pengabdian yang di lakukan harus dilandasi oleh niat yang tulus. Juga harus membersihkan diri dari napsu duniawi.
Penyair juga menyertakan kisah-kisah masa lampau atau cerita-cerita rakyat dalam puisi ini. Dalam perahu kertas kekhasan itu terdapat dalam usaha penyair memasukkan kisah Nabi Nuh ketika menggunakan perahu untuk menyelamatkan umat manusia dari banjir besar sebagai latar puisi.

D.    Simpulan
            Makna yang terkandung pada puisi yang berjudul “Perahu Kertas” adalah pengabdian manusia kepada Tuhan harus dilakukan dengan ketulusan dan keikhlasan. Pada puisi ini pembaca seolah-olah diajak ke suatu tempat yaitu suatu perjalanan hidup seseorang yang terasa sangat hidup. Sehingga bagi pembaca sangat cepat dapat menangkap isi atau makna yang terkandung didalamnya. pendeskripsian melalui penggunaan gaya bahasa dan pilihan kata yang lugas.



Daftar Pustaka
KS, Yuliono. _____. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Angkasa: Bandung
Djoko, Rachmat Pradopo. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, Dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Perahu Kertas. Grasindo: Yogyakarta


d susun oleh  
Ahmad Khoiron Hamzah
Arista Ambarwati           
 Emiko Watanabe              

1 komentar: