Selasa, 07 Januari 2014

TEORI KRITIK EKSPRESIVISME


EKSPRESI TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL JOMBLO NARSIS KARYA DINA MARDIANA
(TEORI KRITIK EKSPRESIVISME)
 

A.   Pendahuluan
Kesusastraan Indonesia modern usianya masih muda. Begitu pula ilmu sastra Indonesia modern belum berkembang dengan sempurna. Berhubung dengan hal itu, maka ilmu sastra Indonesia (modern) masih belum mendapatkan metode yang tepat dalam menyelidikinya. Ilmu sastra mempunyai tiga bagian atau tiga cabang, yaitu teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Kritik sastra merupakan salah satu langkah kerja yang biasa dilakukan oleh seorang kritikus sastra.
Dalam kritik sastra, suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya, diselidik, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan berdasarkan teori-teori penilaian karya sastra, bernilai atau tidak bernilaikah, bermutu seni atau tidak bagian-bagian atau unsur-unsur karya sastra yang diselidik atau yang dianalisis itu. Baru sesudah itu, dengan pertimbangan-pertimbangan seluruh penilaian terhadap bagian-bagian yang merupakan kesatuan yang erat, dengan menimba mana yang bernilai dan mana yang tidak atau kurang bernilai tinggi, sedang, kurang bernilai, atau tidak bernilai sastra. Salah satu teori kritik sastra yang akan dibahas dalam makalah ini adalah teori kritik expressive criticism atau yang biasa disebut kritik ekspresivisme.
Kritik ekspresif (ekspressive criticism) memandang karya sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis sendiri. Kritik ini mendefinisikan karya sastra sebagai sebuah ekspresi, curahan atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaannya. Kritik ini cenderung untuk menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokannya dengan visium (penglihatan batin) individual pengarang atau keadaan pikirannya. Sering kritik itu melihat ke dalam karya sastra untuk menerangkan tabiat khusus dan pengalaman-pengalaman pengarang, yang secara sadar atau tidak ia telah membukakan dirinya di dalam karyanya (Pradopo, 2003: 27). Selaras dengan hal tersebut, Pradopo (2003: 94) berpendapat dalam bukunya yang lain bahwa orientasi ekspresif yaitu memandang karya sastra sebagai ekspresi, luapan, ucapan perasaan sebagai hasil imajinasi pengarang, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaannya. Orientasi ini cenderung menimbang karya sastra dengan keasliannya, kesejatiannya, atau kecocokan dengan visium atau keadaan pikiran dan kejiwaan pengarang. 
Taum (1997: 20) mengatakan bahwa teori ekspresivisme (The expressive theory of literature) adalah sebuah teori yang memandang karya sastra terutama sebagai pernyataan atau ekspresi dunia dalam batin pengarangnya. Karya sastra dipandang sebagai sarana pengungkap ide, angan-angan, cita-cita, cita rasa, pikiran, dan pengalaman pengarang. Teori ini dapat dianggap sebagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatifnya.
Setiap karya sastra pasti terdapat unsur-unsur pembangun karya sastra menjadi totalitas yang utuh. Makalah ini akan membahas unsur tokoh dan penokohan dalam novel Jomblo Narsis, khususnya penggambaran ekspresi tokoh utama dan karakteristiknya.
Jomblo Narsis adalah novel karya Dina Mardiana yang diterbitkan oleh Gagas Media tahun 2007. Dina Mardiana adalah seorang mahasiswa yang pada tahun 2007 masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ia lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1983. Buku pertamanya adalah Nais Tu Mit Yu yang terbit pada tahun 2006. Kemudian, pada tahun 2007 ia meluncurkan kembali tulisannya yang berupa novel berjudul Jomblo Narsis ini. Novel Jomblo Narsis termasuk karya sastra yang penggambaran tokoh-tokohnya sangat ekspresif. Dina Mardiana menggambarkan keekspresifannya melalui tokoh-tokoh yang ditampilkannya dalam novel tersebut. Penggambaran keekspresifan tokoh dalam novel tersebut banyak digambarkan melalui tokoh utama, karena tokoh utama mempunyai karakteristik yang unik.
Teeuw (1984: 131) mengatakan bahwa karya sastra, seperti novel pasti mempunyai unsur yang dominan, maka unsur yang dominan tersebut diutamakan. Unsur-unsur yang dominan dalam novel Jomblo Narsis adalah unsur tokoh dan penokohan. Tokoh bisa dikatakan sebagai orang yang menjalankan cerita. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) mengungkapkan bahwa tokoh dalam sebuah cerita adalah orang (-orang) yang ditampilkan pada sebuah karya naratif, atau drama, yang akan ditafsirkan oleh pembaca, yang mempunyai kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.ketika membahas tokoh, tidak lepas dengan penokohan, karena penokohan yaitu gambaran yang jelas tentang tokoh yang diwujudkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2005: 165).  
Tokoh dan penokohan diutamakan dalam pembahasan ini karena wujud ekspresif yang digambarkan melalui tokoh utama bernama Jono sangat menonjol. Novel Jomblo Narsis menceritakan perjalanan tokoh Jono dalam mencari kekasih. Ekspresi pengarang digambarkan melalui tokoh Jono dengan begitu baik mempergunakan kata-kata dan pilihan bahasa juga permainan huruf dan simbol yang menarik, sehingga membuat pembaca berimajinasi dengan apa yang ditulisnya.

B.   Analisis
Dalam novel Jomblo Narsis, tokoh utamanya adalah Jono. Tokoh Jono adalah seorang mahasiswa semester 6 jurusan Manajemen di Universitas Harapan, salah satu kampus swasta di Bandung. Pendeskripsian tokoh Jono dideskripsikan dengan jelas oleh Dina Mardiana seperti petikan dalam novelnya seperti berikut ini.

DESKRIPSI TENTANG JONO:
Badan tidak gemuk, tidak kurus. Memimpikan perut sixpack tapi yang ada, teplek kayak dilindas mobil penyedot tinja. Warna kulit sawo matang. Anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dari keluarga caturwarga, asli Sunda, namun bermukim di Jakarta. Tipe cewek idaman: langsing, rambut panjang, putih, n pinter (Mardiana, 2007: 02).

Berdasarkan petikan tersebut, dapat dipahami bahwa penggambaran karakteristik tokoh Jono digambarkan oleh Dina Mardiana dengan memilih kata-kata yang membuat pembaca berimajinasi tentang fisik tokoh Jono. Novel Jomblo Narsis ini memang mengandung banyak kelucuan yang membuat pembaca terbahak-bahak. Penggambaran yang ditulis oleh pengarang novel ini memang unik. Keunikan itu dapat dilihat pada pemilihan kata-kata yang khas diambil dari bahasa gaul mahasiswa dan menuliskannya dengan huruf juga simbol-simbol yang menggambarkan ekspresi seseorang. Hal tersebut didasari karena Dina Mardiana adalah seorang mahasiswa. Pengalaman sebagai seorang mahasiswa ia tuangkan pada novelnya. Penggambaran tersebut dapat dilihat pada petikan novel berikut ini.

“ANJROT!! PAAN NEEEEH?? GILA, TELOR! NAJIS BAU BANGET!!! WOY BANGSAT, SINI KALIAN, KURANG AJAR!!! GUE KAN SEKARANG KULIAAAAAH!!” (Mardiana, 2007: 13).

Berdasarkan petikan tersebut, dapat dilihat penggambaran tokoh Jono yang sedang di lempar telur ketika berulang tahun. Ekspresi tokoh Jono ketika itu adalah kaget dan marah kepada teman-temannya. Tokoh Jono berkata sedemikian rupa sehingga ketika pembaca membaca kalimat yang  diucapakan tokoh Jono, pembaca akan membayangkan dan berimajinasi betapa jengkelnya tokoh Jono. Penggambaran demi penggambaran yang ditulis oleh Dina Mardiana menimbulkan imajinasi pembacanya seperti ekspresi tokoh Jono dalam petikan berikut ini.

BURSTTT!!!
Tiba-tiba kopi itu dia semburkan.
“ANJRIT, APAAN NEH???” Jono melengok ke dalam gelas. Dua buah antena tipis mengacung ke arahnya. Ada setengah tubuh yang terendam. Kecil dan imut, alias item mutlak. Karena ternyata yang di dalam gelas itu...
“KECOAAA???!!! TAI, TAI, TAI!!! PHUAH, PHUAH!!” Jono histeris. Dia pun sibuk mengusap-usap lidah dengan tanggannya (Mardiana, 2007: 33).

Petikan tersebut menerangkan bahwa tokoh Jono sedang marah karena ada kecoa di dalam kopi yang diminumnya. Ekspresi tokoh Jono ketika menyemburkan kopi digambarkan oleh Dina Mardiana dengan begitu ekspresif yaitu dengan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan keadaan tokoh Jono waktu itu. Penggunaan huruf besar dan simbol-simbol dapat mendukung penggambaran suatu keadaan. Tidak hanya itu saja, penggambaran tokoh Jono juga dituliskan Dina Mardiana dengan menambahkan huruf vokal pada suatu kata untuk menggambarkan teriakan tokoh Jono, seperti petikan berikut ini.

TIDAAAAAAKKKK...!!!
TIDAAAAAAKKKK...!!!
TIDAAAAAAKKKK...!!!
Jono tiba-tiba memasang muka horror.
AKU TIDAK RELAAAAAAAA...!!!!
Hatinya berteriak dramatis.
Jono tersadar dari lamunannya dan,
WHUAAAAAA...!!” Dia berteriak histeris ketika masih terkoneksi dengan sosok Titi dalam bayangannya, digabungkan dengan muka Niko yang membuatnya menjadi suatu kombinasi waria sempurna (Mardiana, 2007: 61).

Petikan tersebut menggambarkan bahwa Jono sedang berteriak histeris. Dina Mardiana menggambarkannya dengan menambah huruf vokal pada kata-kata yang diteriakkan tokoh Jono. Tokoh Jono membayangkan tokoh Titi sebagai waria. Ketika terbangun dari lamunannya ia berteriak histeris, menghapus semua angan-angan buruk itu. Penggambaran itu tampak jelas, pembaca pun akan membaca dengan berteriak seperti tulisan yang ditulis oleh Dina Mardiana tersebut. Penggambaran seperti itu juga dapat dilihat pada petikan berikut ini.  

“Ko. Woooyy...!!!”
Busyeeeeetttt.... Si Niko kalo lagi tiduran kayak kembar siam ma bantal. Mirip bangeeeeeet....
Jono masih belum putus asa. Tapi Niko tidak bergerak sedikit pun. Suara dengkurnya terdengar jelas, seolah-olah dia menelan speaker mesjid sebelum tidur.
Ampun, dah. Temen gue sebenernya orang apa siluman kebo seh?? Susah amat banguninnya.
“KO!! Woooyy... bangun napa?!” (Mardiana, 2007: 101).

Petikan tersebut menggambarkan bahwa tokoh Jono sedang membangunkan temannya yang bernama Niko. Ketika itu tokoh Niko susah sekali untuk dibangunkan, layangnya seseorang yang sedang jengkel membangunkan orang lain, tokoh Jono berteriak. Sama halnya dengan petikan sebelumnya bahwa Dina Mardiana juga menambahkan huruf pada kata-kata. Hal tersebut bertujuan sebagai penekanan suatu keadaan oleh pengarangnya.

C.   Simpulan
Berdasarkan analisis tadi, dapat disimpulkan bahwa teori kritik ekspresivisme adalah kemampuan pengarang dalam mengungkapkan maksud, gagasan, perasaan untuk menyampaikan tulisannya kepada pembaca, agar pembaca dapat mengimajinasikan atau membayangkan apa yang ingin diungkapkannya. Novel Jomblo Narsis merupakan novel yang sangat ekspresif karena pengarang menuangkan pengalamannya sebagai seorang mahasiswa ke dalam novel yang ditulisnya. Penggambaran tokoh utama dan karakteristiknya dalam novel ini adalah yang paling menonjol. Tokoh Jono digambarkan begitu ekspresif oleh Dina Mardiana. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh Dina Mardiana dalam menggambarkan ekspresi tokoh Jono, diantaranya adalah dengan cara menuliskan kata-kata heboh (kata-kata hiperbola) sedangkan kata-kata itu didukung dengan menggunakan huruf kapital, penambahan huruf vokal atau konsonan yang bertujuan untuk menekankan suatu keadaan.

Daftar Pustaka

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

-----------------. 2003. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Bogor: Mardiyuana.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.





SINOPSIS

Status jomblo ternyata meresahkan Jono. Ia sangat menginginkan pacar dalam lima tahun terakhir dalam hidupnya. Kejenuhannya sebagai seorang lajang akhirnya membuatnya berkeputusan untuk segera mencari pacar. Berbagai cara ditempuh, sampai akhirnya Jono– dengan dibantu sahabatnya, Niko– mencoba mencari pacar dengan menentukan Target Operasi (TO), yaiti cewek-cewek sekelasnya. Cewek-cewek yang didekatinya antara lain Rina, Komalasari, Sisi, Karin, Rere, Bella. Dari cewek-cewek tersebut tidak ada satu  pun yang nyangkut kepada Jono.  
Setelah merasa dirinya tidak beruntung, ia mecoba keberuntungannya mendapatkan pacar melalui dunia maya. Hanya sekali ia mencoba, Jono pun langsung mendapatkan kenalan. Ia pun berhasil berkenalan dengan cewek yang bernama Titi. Minggu pertama Jono merasa penasaran dengan sosok Titi, minggu kedua Jono erasa nyaman dengan adanya Titi, minggu keriga Jono mengakui bahwa dirinya memang benar-benar jatuh cinta kepada Titi.  
Akan tetapi, semua tidak berjalan sempurna. Kekecewaan dan rasa pahit tidak bisa dihindari. Ketika Jono melakukan pertemuan dengan Titi, Titi membohonginya dengan mengirimkan Nadya yang berpura-pura menjadi dirinya karena alasan fisik. Titi takut kalau Jono tidak menerimanya karena alasan fisik. Tetapi, Jono segera mengetahui bahwa Titi yang sebenarnya adalah Tina. Seketika itu Jono tidak bisa menerima kebohongan Tina. Namun, seiring berjalannya waktu Jono tidak bisa memungkiri bahwa Tina adalah satu-satunya cewek yang dicintainya.


 di susun oleh  
Rosinta Anjar Prima Pangastuti
Dini Anasti Nugrohowati
Chornia Tri Wijayanti





Tidak ada komentar:

Posting Komentar