EKSPRESI
TOKOH UTAMA
DALAM
NOVEL JOMBLO NARSIS KARYA DINA
MARDIANA
(TEORI
KRITIK EKSPRESIVISME)
A. Pendahuluan
Kesusastraan
Indonesia modern usianya masih muda. Begitu pula ilmu sastra Indonesia modern
belum berkembang dengan sempurna. Berhubung dengan hal itu, maka ilmu sastra
Indonesia (modern) masih belum mendapatkan metode yang tepat dalam
menyelidikinya. Ilmu sastra mempunyai tiga bagian atau tiga cabang, yaitu teori
sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Kritik sastra merupakan salah satu
langkah kerja yang biasa dilakukan oleh seorang kritikus sastra.
Dalam
kritik sastra, suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau
norma-normanya, diselidik, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan
berdasarkan teori-teori penilaian karya sastra, bernilai atau tidak
bernilaikah, bermutu seni atau tidak bagian-bagian atau unsur-unsur karya
sastra yang diselidik atau yang dianalisis itu. Baru sesudah itu, dengan
pertimbangan-pertimbangan seluruh penilaian terhadap bagian-bagian yang merupakan
kesatuan yang erat, dengan menimba mana yang bernilai dan mana yang tidak atau
kurang bernilai tinggi, sedang, kurang bernilai, atau tidak bernilai sastra. Salah
satu teori kritik sastra yang akan dibahas dalam makalah ini adalah teori
kritik expressive criticism atau yang
biasa disebut kritik ekspresivisme.
Kritik ekspresif (ekspressive criticism) memandang karya
sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis sendiri. Kritik ini
mendefinisikan karya sastra sebagai sebuah ekspresi, curahan atau ucapan
perasaan, atau sebagai produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan
persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaannya. Kritik ini cenderung
untuk menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokannya
dengan visium (penglihatan batin) individual pengarang atau keadaan pikirannya.
Sering kritik itu melihat ke dalam karya sastra untuk menerangkan tabiat khusus
dan pengalaman-pengalaman pengarang, yang secara sadar atau tidak ia telah
membukakan dirinya di dalam karyanya (Pradopo, 2003: 27). Selaras dengan hal
tersebut, Pradopo (2003: 94) berpendapat dalam bukunya yang lain bahwa
orientasi ekspresif yaitu memandang karya sastra sebagai ekspresi, luapan,
ucapan perasaan sebagai hasil imajinasi pengarang, pikiran-pikiran, dan
perasaan-perasaannya. Orientasi ini cenderung menimbang karya sastra dengan
keasliannya, kesejatiannya, atau kecocokan dengan visium atau keadaan pikiran dan
kejiwaan pengarang.
Taum (1997: 20) mengatakan
bahwa teori ekspresivisme (The expressive
theory of literature) adalah sebuah teori yang memandang karya sastra
terutama sebagai pernyataan atau ekspresi dunia dalam batin pengarangnya. Karya
sastra dipandang sebagai sarana pengungkap ide, angan-angan, cita-cita, cita
rasa, pikiran, dan pengalaman pengarang. Teori ini dapat dianggap sebagai studi
yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatifnya.
Setiap karya sastra
pasti terdapat unsur-unsur pembangun karya sastra menjadi totalitas yang utuh. Makalah
ini akan membahas unsur tokoh dan penokohan dalam novel Jomblo Narsis, khususnya penggambaran ekspresi tokoh utama dan
karakteristiknya.
Jomblo
Narsis adalah novel karya Dina Mardiana yang diterbitkan
oleh Gagas Media tahun 2007. Dina Mardiana adalah seorang mahasiswa yang pada
tahun 2007 masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Bandung. Ia lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1983. Buku pertamanya
adalah Nais Tu Mit Yu yang terbit
pada tahun 2006. Kemudian, pada tahun 2007 ia meluncurkan kembali tulisannya
yang berupa novel berjudul Jomblo Narsis
ini. Novel Jomblo Narsis termasuk
karya sastra yang penggambaran tokoh-tokohnya sangat ekspresif. Dina Mardiana
menggambarkan keekspresifannya melalui tokoh-tokoh yang ditampilkannya dalam
novel tersebut. Penggambaran keekspresifan tokoh dalam novel tersebut banyak
digambarkan melalui tokoh utama, karena tokoh utama mempunyai karakteristik
yang unik.
Teeuw (1984: 131)
mengatakan bahwa karya sastra, seperti novel pasti mempunyai unsur yang
dominan, maka unsur yang dominan tersebut diutamakan. Unsur-unsur yang dominan
dalam novel Jomblo Narsis adalah unsur
tokoh dan penokohan. Tokoh bisa dikatakan sebagai orang yang menjalankan cerita.
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) mengungkapkan bahwa tokoh dalam sebuah
cerita adalah orang (-orang) yang ditampilkan pada sebuah karya naratif, atau
drama, yang akan ditafsirkan oleh pembaca, yang mempunyai kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan.ketika membahas tokoh, tidak lepas dengan penokohan,
karena penokohan yaitu gambaran yang jelas tentang tokoh yang diwujudkan dalam
sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2005: 165).
Tokoh dan penokohan
diutamakan dalam pembahasan ini karena wujud ekspresif yang digambarkan melalui
tokoh utama bernama Jono sangat menonjol. Novel Jomblo Narsis menceritakan perjalanan tokoh Jono dalam mencari
kekasih. Ekspresi pengarang digambarkan melalui tokoh Jono dengan begitu baik
mempergunakan kata-kata dan pilihan bahasa juga permainan huruf dan simbol yang
menarik, sehingga membuat pembaca berimajinasi dengan apa yang ditulisnya.
B. Analisis
Dalam novel Jomblo Narsis, tokoh utamanya adalah Jono.
Tokoh Jono adalah seorang mahasiswa semester 6 jurusan Manajemen di Universitas
Harapan, salah satu kampus swasta di Bandung. Pendeskripsian tokoh Jono
dideskripsikan dengan jelas oleh Dina Mardiana seperti petikan dalam novelnya
seperti berikut ini.
DESKRIPSI
TENTANG JONO:
Badan
tidak gemuk, tidak kurus. Memimpikan perut sixpack tapi yang ada, teplek kayak dilindas mobil penyedot tinja. Warna
kulit sawo matang. Anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dari keluarga
caturwarga, asli Sunda, namun bermukim di Jakarta. Tipe cewek idaman: langsing,
rambut panjang, putih, n pinter (Mardiana, 2007: 02).
Berdasarkan petikan
tersebut, dapat dipahami bahwa penggambaran karakteristik tokoh Jono
digambarkan oleh Dina Mardiana dengan memilih kata-kata yang membuat pembaca
berimajinasi tentang fisik tokoh Jono. Novel Jomblo Narsis ini memang mengandung banyak kelucuan yang membuat
pembaca terbahak-bahak. Penggambaran yang ditulis oleh pengarang novel ini
memang unik. Keunikan itu dapat dilihat pada pemilihan kata-kata yang khas
diambil dari bahasa gaul mahasiswa dan menuliskannya dengan huruf juga
simbol-simbol yang menggambarkan ekspresi seseorang. Hal tersebut didasari
karena Dina Mardiana adalah seorang mahasiswa. Pengalaman sebagai seorang
mahasiswa ia tuangkan pada novelnya. Penggambaran tersebut dapat dilihat pada
petikan novel berikut ini.
“ANJROT!!
PAAN NEEEEH?? GILA, TELOR! NAJIS BAU BANGET!!! WOY BANGSAT, SINI KALIAN, KURANG
AJAR!!! GUE KAN SEKARANG KULIAAAAAH!!” (Mardiana, 2007: 13).
Berdasarkan petikan
tersebut, dapat dilihat penggambaran tokoh Jono yang sedang di lempar telur
ketika berulang tahun. Ekspresi tokoh Jono ketika itu adalah kaget dan marah
kepada teman-temannya. Tokoh Jono berkata sedemikian rupa sehingga ketika
pembaca membaca kalimat yang diucapakan
tokoh Jono, pembaca akan membayangkan dan berimajinasi betapa jengkelnya tokoh
Jono. Penggambaran demi penggambaran yang ditulis oleh Dina Mardiana
menimbulkan imajinasi pembacanya seperti ekspresi tokoh Jono dalam petikan
berikut ini.
BURSTTT!!!
Tiba-tiba kopi itu dia
semburkan.
“ANJRIT, APAAN NEH???” Jono
melengok ke dalam gelas. Dua buah antena tipis mengacung ke arahnya. Ada
setengah tubuh yang terendam. Kecil dan imut, alias item mutlak. Karena
ternyata yang di dalam gelas itu...
“KECOAAA???!!! TAI, TAI, TAI!!!
PHUAH, PHUAH!!” Jono histeris. Dia pun sibuk mengusap-usap lidah dengan
tanggannya (Mardiana, 2007: 33).
Petikan tersebut menerangkan
bahwa tokoh Jono sedang marah karena ada kecoa di dalam kopi yang diminumnya. Ekspresi
tokoh Jono ketika menyemburkan kopi digambarkan oleh Dina Mardiana dengan begitu
ekspresif yaitu dengan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan keadaan tokoh
Jono waktu itu. Penggunaan huruf besar dan simbol-simbol dapat mendukung
penggambaran suatu keadaan. Tidak hanya itu saja, penggambaran tokoh Jono juga
dituliskan Dina Mardiana dengan menambahkan huruf vokal pada suatu kata untuk
menggambarkan teriakan tokoh Jono, seperti petikan berikut ini.
TIDAAAAAAKKKK...!!!
TIDAAAAAAKKKK...!!!
TIDAAAAAAKKKK...!!!
Jono
tiba-tiba memasang muka horror.
AKU
TIDAK RELAAAAAAAA...!!!!
Hatinya
berteriak dramatis.
Jono
tersadar dari lamunannya dan,
WHUAAAAAA...!!”
Dia berteriak histeris ketika masih terkoneksi dengan sosok Titi dalam
bayangannya, digabungkan dengan muka Niko yang membuatnya menjadi suatu
kombinasi waria sempurna (Mardiana, 2007: 61).
Petikan tersebut
menggambarkan bahwa Jono sedang berteriak histeris. Dina Mardiana
menggambarkannya dengan menambah huruf vokal pada kata-kata yang diteriakkan
tokoh Jono. Tokoh Jono membayangkan tokoh Titi sebagai waria. Ketika terbangun
dari lamunannya ia berteriak histeris, menghapus semua angan-angan buruk itu.
Penggambaran itu tampak jelas, pembaca pun akan membaca dengan berteriak
seperti tulisan yang ditulis oleh Dina Mardiana tersebut. Penggambaran seperti
itu juga dapat dilihat pada petikan berikut ini.
“Ko.
Woooyy...!!!”
Busyeeeeetttt....
Si Niko kalo lagi tiduran kayak kembar siam ma bantal. Mirip bangeeeeeet....
Jono
masih belum putus asa. Tapi Niko tidak bergerak sedikit pun. Suara dengkurnya terdengar
jelas, seolah-olah dia menelan speaker mesjid sebelum tidur.
Ampun,
dah. Temen gue sebenernya orang apa siluman kebo seh?? Susah amat banguninnya.
“KO!!
Woooyy... bangun napa?!” (Mardiana, 2007: 101).
Petikan tersebut menggambarkan
bahwa tokoh Jono sedang membangunkan temannya yang bernama Niko. Ketika itu
tokoh Niko susah sekali untuk dibangunkan, layangnya seseorang yang sedang
jengkel membangunkan orang lain, tokoh Jono berteriak. Sama halnya dengan
petikan sebelumnya bahwa Dina Mardiana juga menambahkan huruf pada kata-kata.
Hal tersebut bertujuan sebagai penekanan suatu keadaan oleh pengarangnya.
C. Simpulan
Berdasarkan analisis
tadi, dapat disimpulkan bahwa teori kritik ekspresivisme adalah kemampuan
pengarang dalam mengungkapkan maksud, gagasan, perasaan untuk menyampaikan
tulisannya kepada pembaca, agar pembaca dapat mengimajinasikan atau
membayangkan apa yang ingin diungkapkannya. Novel Jomblo Narsis merupakan novel yang sangat ekspresif karena
pengarang menuangkan pengalamannya sebagai seorang mahasiswa ke dalam novel
yang ditulisnya. Penggambaran tokoh utama dan karakteristiknya dalam novel ini
adalah yang paling menonjol. Tokoh Jono digambarkan begitu ekspresif oleh Dina
Mardiana. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh Dina Mardiana dalam
menggambarkan ekspresi tokoh Jono, diantaranya adalah dengan cara menuliskan
kata-kata heboh (kata-kata hiperbola) sedangkan kata-kata itu didukung dengan
menggunakan huruf kapital, penambahan huruf vokal atau konsonan yang bertujuan
untuk menekankan suatu keadaan.
Daftar
Pustaka
Nurgiyantoro,
Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo,
Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra,
Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
-----------------.
2003. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Taum,
Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra.
Bogor: Mardiyuana.
Teeuw,
A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra.
Bandung: Pustaka Jaya.
SINOPSIS
Status jomblo
ternyata meresahkan Jono. Ia sangat menginginkan pacar dalam lima tahun
terakhir dalam hidupnya. Kejenuhannya sebagai seorang lajang akhirnya
membuatnya berkeputusan untuk segera mencari pacar. Berbagai cara ditempuh,
sampai akhirnya Jono– dengan dibantu sahabatnya, Niko– mencoba mencari pacar
dengan menentukan Target Operasi (TO), yaiti cewek-cewek sekelasnya. Cewek-cewek
yang didekatinya antara lain Rina, Komalasari, Sisi, Karin, Rere, Bella. Dari
cewek-cewek tersebut tidak ada satu pun
yang nyangkut kepada Jono.
Setelah merasa
dirinya tidak beruntung, ia mecoba keberuntungannya mendapatkan pacar melalui
dunia maya. Hanya sekali ia mencoba, Jono pun langsung mendapatkan kenalan. Ia
pun berhasil berkenalan dengan cewek yang bernama Titi. Minggu pertama Jono
merasa penasaran dengan sosok Titi, minggu kedua Jono erasa nyaman dengan
adanya Titi, minggu keriga Jono mengakui bahwa dirinya memang benar-benar jatuh
cinta kepada Titi.
Akan tetapi, semua
tidak berjalan sempurna. Kekecewaan dan rasa pahit tidak bisa dihindari. Ketika
Jono melakukan pertemuan dengan Titi, Titi membohonginya dengan mengirimkan
Nadya yang berpura-pura menjadi dirinya karena alasan fisik. Titi takut kalau
Jono tidak menerimanya karena alasan fisik. Tetapi, Jono segera mengetahui
bahwa Titi yang sebenarnya adalah Tina. Seketika itu Jono tidak bisa menerima
kebohongan Tina. Namun, seiring berjalannya waktu Jono tidak bisa memungkiri
bahwa Tina adalah satu-satunya cewek yang dicintainya.
di susun oleh
Rosinta Anjar Prima Pangastuti
Dini Anasti Nugrohowati
Chornia Tri Wijayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar